Bisnis,com, JAKARTA - Pengembangan vaksin Merah Putih yang dilakukan Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman sudah berjalan 50 persen.
Uji coba pada hewan diprediksi berlangsung dalam beberapa bulan ke depan dan bibitnya didistribusikan pada 2021.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Lembaga Eijkman, Prof. Amin Soebandrio mengatakan saat ini perkembangan vaksin Merah Putih sudah melalui tahapan amplifikasi, kloning, dan memasukkan materi genetik virus ke dalam sel mamalia.
"Saat ini kami tinggal menunggu protein yang akan diekspresikan oleh sel mamalia," ujarnya dalam Media Briefing 'Dukungan untuk Percepatan Penelitian Vaksin COVID-19', Kamis (3/9/2020).
Secara paralel, kata Amin pihaknya juga akan kembali menggunanakan sel-sel mamalia untuk penelitian. Berikutnya Eijkman akan membandingkan keduanya untuk menemukan mana yang lebih efektif.
"Nanti akan dilanjutkan uji coba pada hewan, diharapkan bisa dilakukan dalam 2-3 bulan ke depan sehingga bisa diselesaikan pada akhir tahun ini," ungkap Amin.
Sejauh ini Eijkman diberi waktu selama 12 bulan untuk melakukan penelitan. Namun Amin memprediksi kemungkinan pada awal tahun depan pihaknya sudah memberi bibit vaksin ke industri farmasi seiring dengan dukungan peralatan yang memadai, seperti dari Merck Indonesia, perusahaan di bidang healthcare, life science and performance materials.
"Maret 2021 kami sudah bisa memberikan bibit vaksin ke industri, kami berupaya untuk bisa lebih cepat," beber Amin.
Memang penelitian vaksin membutuhkan beberapa tahapan. Dari keterangan Eijkman beberapap waktu lalu ada 8 tahapan yang harus dilalui.
Tahap 1, dilakukan pemetaan genetik virus SARS-CoV-2 di Indonesia. Pada tahap ini, virus yang menjadi bahan dasar penelitian diisolasi dari spesimen pasien dan dilakukan ekstraksi genom RNA penyandi protein virus.
Tahap 2, dilakukan isolasi dan amplifikasi gen S dan N pada virus SARS-CoV-2. Gen yang mengkode protein S (spike protein/ gen S) dan nucleocapsid (gen N) diisolasi dan diperbanyak dengan menggunakan teknik polymerase chain reaction (PCR).
Tahap 3, kloning gen target ke dalam vektor dan verikasi sekuens gen target. Gen target dimasukkan ke dalam vektor dan bila sudah berhasil dimasukkan akan diverifikasi dengan menggunakan teknik sekuensing.
Tahap 4, memasukkan vektor dengan gen virus SARS-CoV-2 ke dalam sel mamalia. Pada tahap ini vektor dimasukkan ke dalam sel-sel mamalia dengan tujuan untuk mengekspresikan gen target dan menghasilkan antigen.
Tahap 5, menghasilkan antigen (kandidat vaksin). Antigen adalah zat atau senyawa yang merangsang respons imun (kekebalan tubuh) dengan terbentuknya antibodi. Dalam kondisi yang tepat, sel-sel mamalia dapat menghasilkan antigen virus SARS-CoV-2.
Tahap 6, perbanyakan dan pemurnian antigen. Tujuan dari perbanyakan dan pemurnian ini untuk memperoleh antigen target dalam jumlah besar dan memisahkan/menghilangkan zat atau senyawa yang tidak dibutuhkan dalam pembuatan vaksin, sehingga didapatkan antigen yang murni tidak terkontaminasi zat lain. Proses ini biasanya memakan waktu yang lama dan melibatkan banyak pengujian untuk kemurnian.
Tahap 7, uji klinis. Untuk memastikan vaksin berpotensi sesuai harapan, maka vaksin diuji coba pada hewan. Uji ini untuk menilai keamanan kandidat vaksin dan menentukan dosis.
Selanjutnya masuk tahap uji klinis pada manusia untuk melihat apakah ada efek samping akibat vaksin dan menilai kemanjuran (efikasi) pada populasi uji yang lebih besar.
Tahap 8, skala produksi vaksin. Setelah melalui tahapan uji klinis dan terbukti berhasil, vaksin diajukan atau didaftarkan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk penilaian sebagai syarat untuk disetujui penggunaannya secara masif.