Bisnis.com, JAKARTA - Badan regulator obat-obatan Eropa pesimistis vaksin Covid-19 tersedia di akhir tahun 2020.
Padahal, saat ini, mereka tengah meninjau hasil uji klinis tahap akhir untuk dua kandidat vaksin covid-19 yakni buatan AstraZeneca dan Universitas Oxford, dan dari Pfizer dan BioNTech.
"Secara teknis, tentu saja itu mungkin. Praktisnya sangat sulit sangat tidak mungkin," kata Profesor Guido Rasi, direktur eksekutif European Medicines Agency (EMA), dikutip dari Strait Times.
"Bahkan jika pembuat obat mengirimkan data dalam beberapa minggu, kami sudah mendekati pertengahan Oktober, jadi jika kami menunggu beberapa minggu dan kami mengambil waktu evaluasi minimum, kurang hasil evaluasi baru selesai di akhir tahun," tambahnya.
Tekanan meningkat secara global untuk dirilisnya vaksin karena tingkat infeksi melonjak dan negara-negara mulai kembali melakukan lockdown.
Di Amerika Serikat, Presiden Donald Trump menargetkan vaksin tersedia sebelum November 2020.
Rasi mengatakan vaksin pertama mungkin akan diberikan otorisasi dengan syarat ketat. Dan izin itu bersifat sementara selama satu tahun. Jika dinilai bermanfaat maka vaksin bisa tersedia lebih besar.
Regulator perlu mengetahui durasi imunisasi untuk vaksin sebelum memberikan izin pemasaran penuh, katanya.
Negara-negara di Uni Eropa masih mungkin dapat menggunakan vaksin darurat nasional untuk mendistribusikannya sebelum EMA menyetujuinya.
Inggris menetapkan rencana pada bulan Agustus untuk mengubah undang-undang dan mengklarifikasi kekuasaannya sehingga penyuntikkan Covid-19 yang tidak berlisensi dapat disahkan sementara di Inggris.
Tapi ini bisa menciptakan masalah keamanan, menurut Prof Rasi.
Sementara itu, Prof Rasi sendiri akan mundur sebagai kepala EMA pada 15 November, dengan Emer Cooke, mantan kolega di agensi, akan menggantikannya. Dia telah bekerja sebagai kepala regulasi obat-obatan di Organisasi Kesehatan Dunia.