Bisnis.com, JAKARTA – Seorang wanita asal Belanda menjadi orang pertama yang dilaporkan meninggal dunia setelah terinfeksi oleh virus corona baru dan mengidap penyakit virus corona (Covid-19) untuk kedua kalinya.
Berdasarkan makalah akademis yang diterbitkan oleh Oxford University Press, pasien berusia 89 tahun itu meninggal kurang dari 3 minggu setelah dinyatakan kembali terinfeksi oleh virus penyebab pandemi global ini.
Wanita itu dilaporkan menjalani kemoterapi untuk jenis kanker sel darah putih langka, yang disebut makroglobulinemia waldenstrom pada saat kematiannya. Bentuk kanker ini bisa diobati tetapi tidak bisa disembuhkan.
Dutch News melaporkan bahwa pada awal tahun pasien tiba di unit gawat darurat setelah menderita demam dan batuk parah. Setelah dinyatakan positif virus corona, dia dirawat di rumah sakit selama lima hari tetapi gejalanya mereda kecuali rasa lelah yang terus-menerus.
Namun, hanya 2 bulan kemudian dan dua hari setelah memulai putaran baru kemoterapi, dia mengalami gejala lagi. Kali ini gejalanya bertambah seperti demam, batuk, dan sesak napas, yang merupakan ciri umum dari Covid-19.
Dia dirawat di rumah sakit lagi dan pada saat itu saturasi oksigennya sekitar 90 persen dengan kecepatan pernapasan 40 napas per menit. Wanita itu dinyatakan positif terkena virus mematikan itu untuk kedua kalinya.
Dalam laporan yang sama, peneliti mengatakan pada kedelapan setelah masuk rumah sakit karena reinfeksi, kondisi pasien memburuk. Lalu, dia meninggal 2 minggu kemudian. Para ilmuwan mengatakan susunan genetik dari virus yang dia miliki berbeda, yang membuatnya bisa terinfeksi kembali.
Berita tragis ini muncul hanya beberapa saat setelah seorang pria berusia 25 tahun di Amerika Serikat, terinfeksi oleh virus corona baru untuk kedua kalinya, yang dilaporkan juga memiliki genom virus berbeda dari yang pertama.
Mark Pandori, penulis utama dari University of Nevada mengatakan penemuan menunjukkan bahwa paparan sebelumnya terhadap virus mungkin tidak menjamin kekebalan total dan setiap orang harus terus mengikuti langkah-langkah protokol kesehatan yang ketat.
Menurut laporan yang diterbitkan di jurnal Lancet, infeksi kedua dari pria tersebut menunjukkan gejala dan penyakit yang lebih parah ketimbang yang pertama. Pasien dilaporkan harus dirawat di rumah sakit dengan bantuan oksigen.
Pandori menekankan penting untuk dicatat bahwa ini adalah temuan tunggal dan tidak memberikan generalisasi dari fenomena ini, “Kendati diperlukan lebih banyak penelitian, kemungkinan infeksi ulang dapat memiliki implikasi bagi pemahaman kita tentang kekebalan Covid-19,” tandasnya.