Bisnis.com, JAKARTA -- Para pejuang kehamilan pasti tidak asing lagi dengan istilah endometriosis, yang menganggu proses kehamilan.
Endometriosis adalah suatu kondisi penyakit inflamasi yang sering terjadi pada usia produktif perempuan yang seringnya menyebabkan nyeri haid dan infertilitas.
Dokter Spesialis Obstetri & Ginekologi (Kebidanan dan Kandungan) Better Versi Paniroi mengatakan bahwa endometriosis ini bisa menyebabkan infertilitas karena adanya tuba blockage atau penyumbatan saluran telur, ada juga penekanan di organ reproduksi perempuan sehingga menyebabkan kelainan bentuk.
“Endometrisosi ini juga menyebabkan kondisi sel telur kualitasnya tidak baik,” ungkapnya dalam live instagram @morulaivfmargonda, Rabu (14/10/2020).
Better mengungkapkan bahwa pasien yang mengalami endometriosis biasanya mengalami infertilitas, karena 30 persen - 50 persen ibu-ibu yang mengalami endometriosis mengalami infertilitas. Sementara endometrium dan endometriosis berbeda, endometrium adalah penebalan dinding rahim, endometriosis itu pertumbuhan dinding rahim yang tidak pada tempatnya.
Gejala penyakit ini adalah dengan adanya nyeri di perut bagian bawah dan panggul, volume darah yang berlebihan saat menstruasi dan sakit saat buang air besar atau buang air kecil.
Pemilihan metode pengobatan tergantung tingkat keparahan dan apakah penderita masih ingin memiliki anak. Pengobatan endometriosis meliputi pemberian obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), terapi hormon untuk menghentikan produksi hormon estrogen dan prosedur operasi, seperti laparoskopi, laparotomi, histerektomi.
“Jadi misalnya sudah terinfeksi endometriosis harus dilakukan penanganan secepatnya, namun apabila memutuskan mau operasi karena endometriosis bisa dipikirkan kembali, karena tindakan ini bisa mengganggu cadangan sel telur, bisa dengan inflamasi atau penekanannya,” katanya.
Setelah dioperasi pun tidak menutup kemungkinan akan timbul kembali endometriosisnya, sehingga perlu diperhatikan dan diubah gaya hidupnya menjadi hidup sehat, dengan bahan-bahan alami, makanan yang dikonsumsi tidak banyak diproses dan menghindari junk food Serta fast food untuk mengurangi resiko.
.