Bisnis.com, JAKARTA - UNICEF mengabarkan akan mengirim sekitar 2 miliar dosis vaksin Covid-19 ke negara-negara berkembang pada tahun depan.
Direktur Divisi Pasokan UNICEF, Etleva Kadilli mengatakan sedang bekerja dengan lebih dari 350 maskapai penerbangan dan perusahaan angkutan untuk mengirimkan vaksin dan 1 miliar jarum suntik ke negara-negara miskin seperti Burundi, Afghanistan dan Yaman sebagai bagian dari COVAX, rencana alokasi vaksin Covid-19 global dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
"Kolaborasi yang tak ternilai ini akan berjalan jauh untuk memastikan bahwa kapasitas transportasi yang cukup tersedia untuk operasi bersejarah dan raksasa ini," ujarnya seperti dilansir dari Channel News Asia, Senin (23/11/2020).
COVAX dipimpin bersama oleh kelompok vaksin GAVI, WHO dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi yang bertujuan untuk mencegah pemerintah menimbun vaksin Covid-19 dan berfokus pada vaksinasi pertama yang paling berisiko di setiap negara.
Pada KTT G20 akhir pekan ini, para pemimpin 20 ekonomi terbesar dunia berjanji untuk memastikan distribusi yang adil dari vaksin, obat-obatan dan tes Covid-19 sehingga negara-negara miskin tidak tersisih.
Bahkan sebelum pandemi melanda, menurut WHO akses vaksin tidak seimbang dengan sekitar 20 juta bayi diperkirakan tidak menerima vaksin yang dapat menyelamatkan mereka dari penyakit serius, kematian, kecacatan, dan kesehatan yang buruk.
"Kami membutuhkan uluran tangan saat kami bersiap untuk mengirimkan dosis vaksin Covid-19, jarum suntik, dan lebih banyak peralatan pelindung pribadi untuk melindungi pekerja garis depan di seluruh dunia," kata Kadilli.
Peran UNICEF dengan COVAX berasal dari statusnya sebagai pembeli vaksin tunggal terbesar di dunia. Dikatakan, pihaknya memperoleh lebih dari 2 miliar dosis vaksin setiap tahun untuk imunisasi rutin dan tanggapan wabah atas nama hampir 100 negara.
Pembuat obat dan pusat penelitian di seluruh dunia berlomba untuk mengembangkan vaksin Covid-19, dengan uji coba global besar-besaran terhadap beberapa kandidat yang melibatkan puluhan ribu peserta sedang berlangsung.
Pfizer dan BioNTech dapat memperoleh otorisasi darurat AS dan Eropa untuk vaksin Covid-19 mereka bulan depan setelah hasil uji coba terakhir menunjukkan tingkat keberhasilan 95 persen dan tidak ada efek samping yang serius. Sementara Moderna minggu lalu merilis data awal untuk vaksinnya yang menunjukkan efektivitas 94,5 persen.