Bisnis.com, JAKARTA - Peneliti Brasil mengatakan bahwa vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Sinovac Biotech China lebih dari 50% efektif berdasarkan data uji coba.
Tetapi, lagi-lagi mereka menunda pengumuman hasil, atas permintaan perusahaan.
Brasil adalah negara pertama yang menyelesaikan uji coba tahap akhir vaksin, yang disebut CoronaVac. Penundaan ini menjadi ketiga kalinya.
Hal ini kemungkinan akan meningkatkan skeptisisme terhadap vaksin China di Brasil, seperti virus yang hidup kembali. Sebuah jajak pendapat awal bulan ini menunjukkan bahwa setengah dari orang Brasil sekarang menolaknya.
Pejabat dari Institut Butantan pemerintah negara bagian Sao Paulo menolak untuk menentukan tingkat kemanjuran dari percobaan yang mereka pimpin dengan 13.000 sukarelawan, dengan alasan kewajiban kontrak dengan Sinovac. Mereka mengatakan, bagaimanapun, vaksin itu cukup efektif melawan virus corona baru sehingga disetujui untuk penggunaan darurat di Brasil. Regulator kesehatan Anvisa telah menetapkan tingkat kemanjuran setidaknya 50% untuk vaksin dalam pandemi.
"Tujuan kami adalah untuk menjadi lebih dari 50%. Jika 51%, itu akan menjadi penting bagi kami, terutama karena kami hidup di saat krisis kesehatan," kata Sekretaris Kesehatan Sao Paulo Jean Gorinchteyn dilansir dari The Star.
Para pejabat mengatakan Sinovac meminta mereka untuk menunda merilis data kemanjuran vaksin yang tepat hingga 15 hari mulai Rabu sementara perusahaan mengkonsolidasikan data dari uji coba global.
Sinovac tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Direktur Butantan Dimas Covas mengatakan tidak ada sukarelawan yang divaksinasi dalam uji coba CoronaVac Brasil yang mengembangkan kasus COVID-19 yang parah, berkontribusi pada optimisme tentang keefektifannya.
"Tidak ada kasus yang parah sangat bagus. Itu akan sangat berguna untuk memerangi pandemi ini," kata ahli imunologi Cristina Bonorino, yang duduk di komite ilmiah Masyarakat Imunologi Brasil.
"Tapi itu merusak citra vaksin mereka untuk memiliki keraguan ini," tambahnya. "Mereka seharusnya tidak menunjukkan sesuatu yang pada akhirnya tidak mereka laporkan. Itu masalah yang lebih besar."
Sinovac akan menjadi pembuat vaksin China kedua yang menghasilkan hasil dari uji klinis tahap akhir, setelah Uni Emirat Arab mengatakan bulan ini vaksin dari unit China National Pharmaceutical Group (Sinopharm) yang berbasis di Beijing memiliki kemanjuran 86%.