Relawan dan Tenaga Kesehatan melakukan simulasi uji klinis vaksin Covid-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). Bisnis/Rachman
Health

Pakar Kesehatan Ungkap Hasil Efikasi Vaksin Sinovac, Beneran Aman?

Ika Fatma Ramadhansari
Selasa, 12 Januari 2021 - 12:16
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) telah menerbitkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) untuk vaksin Covid-19 buatan Sinovac dengan efikasi 65,3 persen.

Bukan itu saja, Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang telah mengeluarkan sertifikat halal untuk vaksin buatan perusahaan China tersebut.

Jika tak ada kendala, vaksinasi pertama di Indonesia akan dimulai dan diberikan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) pada Rabu (13/1/2021). Jutaan vaksin pun sudah sampai di Indonesia dan siap diberikan kepada masyarakat.

Associate Professor dan Peneliti Kimia Farmasi Universitas Putra Malaysia Bimo A. Tejo kemudian mencoba menjelaskan makna efikasi 65,3 persen dan mengapa vaksin Sinovac aman digunakan untuk vaksinasi massal.

"Alhamdulillah yang ditunggu2 akhirnya tiba. BPOM memutuskan vaksin Sinovac AMAN DAN MANJUR sehingga program vaksinasi massal untuk mengakhiri pandemi bisa segera dimulai." tulisnya pada akun Instagram miliknya @ba.tejo, Senin (11/1/2021).

Bimo menjelaskan efikasi 65,3 persen artinya misalkan dari 100 orang yang divaksin akan ada 35 orang yang masih bisa terkena Covid-19. Oleh karena itu, protokol kesehatan 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan masih harus dijalankan.

Walaupun efikasi lebih rendah, dia mengungkapkan keunggulan vaksin Sinovac ada pada aspek keamanan. Melalui uji klinis yang telah dilakukan, lanjutnya, hanya 0,1 hingga 1 persen relawan yang mengalami efek samping berat.

Efek samping berat 0,1 hingga 1 persen ini setara dengan vaksin influenza yang rutin digunakan selama ini ungkap peneliti ini.

"Lebih baik vaksin dengan efikasi 65 persen tetapi lebih aman sehingga bisa digunakan untuk memvaksinasi sebanyak mungkin orang daripada vaksin dengan efikasi tinggi tetapi efek sampingnya berat sehingga hanya bisa digunakan oleh kalangan terbatas," ungkap Bimo.

Sementara itu, dia menuturkan vaksin Covid-19 produksi Pfzier dan Moderna memiliki efek samping lebih berat yaitu 1,5 persen dan 4,1 persen walaupun memang efikasinya lebih tinggi.

Selain itu, efikasi hasil uji klinis vaksin Sinovac di negara lain pun akan berbeda. Hal ini dikarenakan protokol yang digunakan berbeda, dan faktor genetik juga mempengaruhi respon dari vaksin.

"Protokolnya berbeda. Uji klinis di Brazil mengikutsertakan relawan berusia 60 tahun ke atas. Di Indonesia tidak. Lalu faktor genetik juga menentukan respon kekebalan terhadap vaksin," jelasnya.

Bimo berpendapat vaksin Covid-19 Sinovac cocok digunakan di Indonesia karena tujuannya memberikan vaksinasi sebanyak mungkin orang sehingga pandemi bisa cepat diakhiri.

Sama halnya dengan vaksin lainnya, dia mengungkapkan vaksin Sinovac belum diketahui bisa atau tidak menghentikan penularan virus Corona.

"Hal ini dikarenakan uji klinis hanya menguji apakah vaksin bisa mengurangi angka orang yang sakit dan meninggal," ungkap Bimo.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro