Bisnis.com, JAKARTA - Kekerasan pada perempuan ada banyak sekali jenisnya. Dari semua bentuk atau jenis tindak kekerasan, perempuan menjadi pihak yang paling dirugikan.
Baik kekerasan secara verbal, fisik atau seksual penyembuhannya sangatlah tidak mudah.
Head of Program UN Women, Dwi Yuliati-Faiz mengatakan penyembuhan korban membutuhkan waktu yang lama agar benar-benar pulih.
"Perempuan korban dalam semua bentuk kekerasan sangatlah sulit disembuhkan. Dampak yang ditimbulkannya ada banyak, hal tersebut akan membuat produktifitasnya sebagai manusia berkurang. Bahkan resiko kematian," katanya secara virtual pada acara #AmanBersamaGojek (4/3/21)
Berikut dampak yang ditimbulkan dari kekerasan pada perempuan:
1. Kehamilan yang Tidak Diinginkan
Kekerasan seksual timbul dari pemaksaan pada pihak perempuan. Hubungan intim atas paksaan membuat kehamilan yang tidak direncanakan. Arbosi menjadi sasaran pihak korban. Namun bila anak tersebut lahir akan jadi anak yang terlantar. Kekerasan sexual juga jadi penyebab timbulnya penyakit HIV/ AIDS dan panyakit kelamin menimpa kaum perempuan.
2. Disrupsi dari Lingkungan
Korban akan menjauh dari orang-orang sekitar yang tidak menerima kondisinya. Sebagai lapisan masyarakat masih menganggap tabu hal seperti itu. Lingkungan keluarga, tempat kerja dan lingkungan sosialnya akan menjadi lebih sempit, bahkan mengisolasi diri sendiri kerena tidak ada yang merangkulnya.
3. Gangguan mental
Perempuan korban kekerasan akan mengalami guncangan yang hebat pada mentalnya. Trauma tersebut,apabila dibiarkan akan membuat psikisnya terganggu.
4. Luka Fisik dan Kematian
Kekerasan pada perempuan membuat luka fisik yang sulit disembuhkan. Bahkan bisa membuat menjadi cacat permanen. Penyiksaan yang terus terjadi atau perempuan tersebut tidak menerima kondisi fisiknya yang berubah bisa menyebabkan bunuh diri.
5. Lingkungan Menjadi Pasif
Perempuan korban kekerasan yang mengalami depresi akan menarik diri dari lingkungan. Ia tidak akan bekerja atau berkegiatan. Mengurung diri jadi pilihan hidupnya. Dampaknya, tidak ada mobilitas yang dilakukan sehingga kehidupannya menjadi pasif. Hal ini akan mempengaruhi otonomi daerah korban jadi melemah.