Bisnis.com, JAKARTA - Vaksinasi Covid-19 dilakukan untuk meningkatkan kadar antibodi dalam tubuh guna melawan virus Covid-19.
Vaksinasi memang tidak seutuhnya mencegah orang tertular Covid-19, namun setidaknya bisa meringankan gejala, menurunkan risiko kematian dan memperpendek masa penularan.
Apalagi antibodi yang terbentuk setelah divaksinasi membutuhkan waktu untuk terbentuk optimal. Namun yang menjadi pertanyaan, bagaimana mengetahui bahwa antibodi telah terbentuk pasca divaksin Covid-19?
Dokter Spesialis Penyakit Dalam RA Adaninggar mengatakan itu bisa dilakukan dengan melakukan tes kuantitatif antibodi 1 bulan pasca menerima dosis kedua suntikan vaksin Covid-19.
"Tes ini tidak direkomendasikan untuk dilakukan rutin, hanya yang ingin tahu saja," ujar dokter yang akrab disapa Ning ini dalam Instagram pribadinya, Selasa (23/3/2021).
Adapun saat ini sejumlah rumah sakit menyediakan tes kuantitatif serologi yang bertujuan menilai titer antibodi seseorang terhadap Covid-19. Salah satunya Siloam Hospital.
Dalam laman resmi RS Siloam Hospital dijelaskan bahwa tes kuantitatif serologi menggunakan immunoassay untuk menentukan nilai kuantitatif titer antibodi terhadap protein Spike-Receptor Binding Domain (S-RBD) Covid-19 dalam darah manusia.
Metode ini akan membantu memberikan hasil nilai antibodi seseorang secara akurat sehingga pasien bisa mengetahui bagaimana respons imun tubuhnya terhadap Covid-19 baik pascavaksin maupun kondisi setelah terpapar Covid-19.
Dalam prosesnya, pengumpulan sampel tes kuantitatif serologi diambil dari darah vena dengan waktu proses pemeriksaan sekitar 120 menit.
Tes kuantitatif serologi direkomendasikan untuk dilakukan sebulan setelah terinfeksi Covid-19 atau sebulan setelah menerima vaksinasi Covid-19 kedua. Jika ingin terus memantau perkembangan titer antibodi setelah kedua kondisi tersebut, tes dapat dilakukan lagi secara berkala setiap 3-6 bulan sekali.
Lantas bagaimana jika setelah vaksin antibodi tidak terbentuk?
Ning menjelaskan ininmasuk di golongan non responder terhadap vaksin tertentu. Uji klinis di Bandung juga menunjukkan sekitar 0,7 persen relawan tidak terbentuk antibodi setelah divaksin.
"Ini hal yang biasa terjadi pada pemberian vaksin. Pada orang-orang ini boleh divaksin ulang nantinya tapi menggunakan merk berbeda," pungkasnya.