Bisnis.com, JAKARTA – Mutasi Virus Corona di India tak terdeteksi oleh metode tes Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction atau RT-PCR. Padahal, tes ini merupakan ‘golden standard’ pelacakan Covid-19 di seluruh dunia.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio mengungkap ada beberapa alasan Virus Corona tak terdeteksi RT-PCR.
“Jadi ada dua kemungkinan. Pertama, karena virusnya bermutasi dan tidak terdeteksi. Kedua, hipotesisnya adalah virusnya tidak mampir di saluran napas atas, sehingga langsung ke paru, akibatnya ketika dites tidak ada virusnya di situ,” ungkapnya kepada Bisnis, Senin (26/4/2021).
Apabila tidak terdeteksi, pemeriksaan paling idealnya adalah dari sputum pasien atau dari dahak. Sayangnya, pada fase awal kemungkinan belum bergejala, sehingga mungkin tidak ada sputumnya.
“Jadi caranya dibatukkan. Kalau orangnya batuk, diambil sampel dari dahaknya. Itu bisa,” kata Amin.
Namun, di saat seperti ini untuk membiarkan orang batuk di tempat layanan kesehatan umum, akan berbahaya, bisa menularkan kepada tenaga medis, atau pasien lain.
Berdasarkan laporan kanal Youtube CRUX pada Senin pekan lalu (19/4/2021), kemungkinan virus yang tak terdeteksi metode RT-PCR di India adalah karena virus sudah bermutasi, sehingga menempel langsung pada paru penderita dan tidak menempel di saluran napas atas seperti hidung dan tenggorokan.
Hal ini menyebabkan virus tak terdeteksi ketika dilakukan tes usap di hidung dan tenggorokan.