Bisnis.com, JAKARTA — Suplemen obat dengan kandungan magnesium akhir-akhir ini populer untuk menangkal gejala gangguan kesehatan. Magnesium juga dianggap membantu meredakan kram menstruasi, migrain, nyeri, pembengkakan, dan bahkan sulit tidur.
Melansir dari popsugar, Jumat (7/5/2021), magnesium adalah mineral penting yang berperan dalam lebih dari 300 proses berbeda dalam tubuh, dan itu menjadi populer sebagai alat bantu tidur karena dikenal dapat meredakan ketegangan otot dan menciptakan perasaan rileks secara umum.
Namun, keakuratan manfaat magnesium membantu tidur masih diperdebatkan. Faktanya, satu hal yang tampaknya disetujui oleh para ahli adalah bahwa bagi kebanyakan orang, mengonsumsi suplemen tersebut tidak akan banyak berkembang.
Seorang profesor neurologi di Sekolah Kedokteran David Geffen di UCLA dan direktur Pusat Gangguan Tidur UCLA, Alon Avidan, mengatakan bukti akan afektifitas magnesium datanya masih lemah. “Banyak dari studi itu tidak dilakukan dengan evaluasi klinis terkuat," jelasnya.
Dalam pandangan Avidan, studi tentang tidur yang kuat akan mencakup pemantauan ketat selama sekitar enam bulan, dan tidak ada penelitian yang benar-benar melakukannya.
Namun, magnesium telah terbukti membantu orang dengan sindrom kaki gelisah (RLS), yang menjadikan suplemen ini pilihan yang layak bagi mereka yang masalah tidurnya berasal dari keinginan mereka untuk bergerak di malam hari. Itu juga termasuk kondisi nonklinis, seperti tanpa sadar menendang saat tidur.
Jika Anda menderita RLS atau merasa gelisah di malam hari, Avidan mencatat bahwa mengonsumsi magnesium sekitar 20 hingga 30 menit sebelum tidur dapat membantu.
Selain itu, ia prihatin bahwa magnesium berpotensi menyebabkan atau memperburuk masalah gastrointestinal. Selain itu, meski toksisitas magnesium jarang terjadi, mungkin ada bahan lain dalam suplemen yang mungkin berbahaya.
Asisten profesor kedokteran klinis di USC's Keck School of Medicine dan American Academy of Sleep Medicine, Rajkumar (Raj) Dasgupta mengatakan produk dapat dipasarkan dan dijual tanpa persetujuan FDA.
“Dan itu mungkin melibatkan efek samping berbahaya atau reaksi obat yang merugikan," jelasnya. Untuk alasan itu, dia mendorong siapa saja yang ingin memulai suplemen agar membicarakannya terlebih dahulu dengan dokternya.
Intinya jika insomnia parah, hal terbaik yang dapat di lakukan adalah berbicara dengan dokter perawatan primer. "Kami tidak ingin orang mengobati diri sendiri karena ada risiko bahwa hanya dengan menutupi gejala dengan suplemen, akan meninggalkan kondisi yang lebih serius, seperti sleep apnea, yang tidak diobati. Jadi, buatlah janji itu, ” tutup Avidan.