Bisnis.com, JAKARTA – Ilmuwan Afrika Selatan mengatakan mereka mengidentifikasi varian virus corona baru yang memiliki jumlah mutasi yang mengkhawatirkan.
Varian yang disebut C.1.2. ini pertama kali diidentifikasi di provinsi Mpumalanga dan Gauteng Afrika Selatan pada bulan Mei, di mana Johannesburg dan ibu kota, Pretoria, berada, kata para ilmuwan dalam sebuah makalah penelitian. Sejak itu, varian ditemukan di tujuh negara lain di Afrika, Oseania, Asia, dan Eropa.
Mutasi pada virus terkait dengan peningkatan penularan dan peningkatan kemampuan untuk menghindari antibodi.
“Penting untuk menyoroti garis keturunan ini mengingat konstelasi mutasinya yang memprihatinkan.” kata para ilmuwan.
Perubahan virus telah mendorong gelombang virus corona berturut-turut dengan varian delta, yang pertama kali ditemukan di India, dan sekarang mendorong tingkat infeksi di seluruh dunia, melansir Mint, Selasa (31/8/2021).
Mutasi pertama kali diklasifikasikan sebagai varian yang diminati oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Setelah mereka diidentifikasi sebagai lebih parah atau menular, mereka disebut varian yang menjadi perhatian.
C.1.2. berevolusi dari C.1., garis keturunan virus yang mendominasi infeksi pada gelombang pertama virus di Afrika Selatan pada pertengahan 2020.
Ilmuwan Afrika Selatan juga menemukan varian beta pada tahun 2020, tetapi sangat ingin menekankan bahwa kemampuan canggih negara itu untuk mengurutkan genom virus berarti bahwa sementara galur baru dapat diidentifikasi di negara itu, mereka bisa saja berasal dari tempat lain.
Penelitian ini diterbitkan oleh kelompok Afrika Selatan termasuk KwaZulu-Natal Research Innovation and Sequencing Platform, yang dikenal sebagai Krisp, dan Institut Nasional untuk Penyakit Menular.
Health
Varian Virus Corona Baru di Afrika Punya Jumlah Mutasi yang Mengkhawatirkan
Penulis : Ni Luh Anggela
Editor : Mia Chitra Dinisari