Bisnis.com, JAKARTA – Republik Demokratik Kongo telah mengumumkan wabah meningitis di timur laut Provinsi Tshopo, dimana 129 orang telah meninggal, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu (8/9).
Sebanyak 261 kasus yang dicurigai telah dilaporkan sejauh ini, dengan rasio kematian kasus yang tinggi sebesar 50 persen.
“Tes konfirmasi yang dilakukan oleh Institut Pasteur di Paris mendeteksi Neisseria meningitides, salah satu jenis bakteri meningitis yang paling sering dengan potensi menyebabkan epidemi besar,” kata cabang WHO di Afrika dalam sebuah pernyataan, mengutip Africa News, Kamis (9/9/2021).
Meningitis adalah peradangan yang terjadi pada meningen, yaitu lapisan pelindung yang menyelimuti otak dan sumsum tulang belakang. Biasanya, meningitis disebabkan oleh infeksi virus, tetapi juga bisa disebabkan oleh bakteri atau jamur.
Meningitis ditularkan di antara orang-orang melalui tetesan pernapasan atau sekresi tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Kontak yang dekat dan berkepanjangan atau tinggal dalam jarak dekat dengan orang yang terinfeksi memudahkan penyebaran penyakit. Meskipun orang-orang dari segala usia dapat tertular penyakit ini, meningitis terutama menyerang bayi, anak-anak dan remaja.
Meningitis dapat berakibat fatal dan merupakan keadaan darurat medis, sehingga membutuhkan penanganan antibiotik yang mendesak.
Saat ini, otoritas kesehatan telah mengerahkan tim darurat awal, dan dengan dukungan WHO, upaya sedang dilakukan untuk meningkatkan respons dengan cepat.
Komite tanggap krisis telah dibentuk di Banalia, komunitas yang terkena dampak wabah, serta di Kisangani, ibu kota Tshopo, untuk mempercepat upaya pengendalian wabah. WHO telah menyediakan pasokan medis di Banalia dan berencana untuk mengerahkan lebih banyak ahli dan sumber daya.
“Meningitis adalah infeksi serius dan tantangan kesehatan masyarakat yang utama. Kami bergerak cepat, mengirimkan obat-obatan, dan mengerahkan para ahli untuk mendukung upaya pemerintah mengendalikan wabah dalam waktu sesingkat mungkin,” kata Dr Matshidiso Moeti, Direktur Regional WHO untuk Afrika.
Lebih dari 100 pasien sudah menerima perawatan di rumah dan di pusat kesehatan di Banalia.
Pada tahun 2016, lebih dari 1,6 juta orang berusia antara 1 dan 29 tahun divaksinasi dalam kampanye besar-besaran di Tshopo, yang terletak di sabuk meningitis Afrika yang membentang di seluruh benua dari Senegal ke Ethiopia dan terdiri dari 26 negara.
Sabuk meningitis Afrika adalah yang paling rentan secara global terhadap wabah berulang.
Sebelumnya, wabah meningitis telah terjadi di beberapa di beberapa provinsi di Republik Demokratik Kongo.
Pada tahun 2009, wabah di Kisangani menginfeksi 214 orang dan menyebabkan 15 kematian, dengan rasio fatalitas kasus sebesar 8 persen.