Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI Dr. dr. Agus Dwi Susanto, Sp.P(K), FISR, FAPSR., mengatakan bahwa paru-paru merupakan satu-satunya organ tubuh yang langsung berhubungan dengan dunia luar.
“Tentunya, apa yang masuk ke dalam paru-paru kita akan memberikan dampak ke kesehatan. Paru-paru diciptakan untuk menghirup udara yang bersih atau udara yang tidak banyak mengandung partikel-partikel yang berbahaya. Oleh karena itu, kita harus tetap menjaga kesehatan lingkungan, menjaga kualitas udara di sekitar kita, dan menjaga pola hidup tetap sehat,” ujar Dr. Agus.
Dalam pemaparannya, Prof. dr. Faisal Yunus menyampaikan materi tentang cara mengetahui kondisi paru yang baik atau tidak. Untuk melakukan aktivitas sehari-hari diperlukan tenaga yang didapat dari hasil metabolisme tubuh. Proses metabolisme memerlukan oksigen yang diambil oleh organ pernapasan.
“Apabila terjadi gangguan pernapasan, maka aktivitas yang dilakukan juga akan terganggu. Gejala dan tanda-tanda gangguan pernapasan perlu diketahui juga, yaitu batuk, berdahak, sesak napas, dan cepat lelah. Gangguan pernapasan tersebut terdiri dari gangguan restriksi (kelainan paru, kelainan tulang, kelainan otot, dan kelainan diagframa) dan gangguan obstruksi (penyakit asma, penyakit paru obstruktif kronik, dan tumor saluran napas),” kata Prof. dr. Faisal dikutip dari keterangan tertulisnya.
“Dengan adanya simptom dan tanda-tanda seperti berikut, maka perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai penyakit tersebut. Mulai dari, pemeriksaan foto toraks, pemeriksaan spirometri, pemeriksaan arus puncak ekspirasi, pemeriksaan uji jalan selama enam menit, pemeriksaan uji naik tangga, pemeriksaan saturasi oksigen, pemeriksaan analisis gas darah, pemeriksaan uji latihan jantung paru, dan pemeriksaan uji meniup geretan,” ujarnya menambahkan.
Sementar aitu, dr. Feni Fitriani menjelaskan tentang cara menjaga kondisi paru agar tetap baik. Dampak polusi udara dapat memengaruhi pertumbuhan dan kesehatan pada anak, penurunan fungsi paru, meningkatkan angka eksaserbasi ASMA dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), penyakit paru interstisial, kanker paru, dan pneumonia. Selain itu, kebiasaan merokok juga dapat menyebabkan penyakit komorbid, gagal jantung, hipertensi, jantung koroner, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), ASMA, diabetes, gagal ginjal, kanker, dan stroke.
Baca Juga 5 Peringatan Paru-Paru Anda Bermasalah |
---|
“Kesehatan paru-paru berkaitan dengan kondisi yang ada di sekitar kita seperti polusi udara, kebiasaan merokok, dan pandemi. Ditambah lagi, kondisi pandemi dimana banyak orang yang tidak mengenakan masker dikarenakan merokok sehingga meningkatkan masuknya virus ke dalam tubuh,” ujar dr. Feni. Menurutnya, untuk menjaga paru agar tetap sehat adalah dengan tidak merokok, baik rokok konvesional, elektronik, ataupun sisha, lalu menghindari polusi udara, pahami kualitas udara saat hendak melakukan aktivitas di luar rumah, terapkan pola hidup sehat dan olahraga teratur, serta melakukan vaksinasi untuk mencegah pandemi.
Dr. dr. Erlina Burhan menjelaskan materi tentang vaksin untuk mencegah infeksi paru. Vaksin merupakan salah satu pencegahan yang jitu untuk banyak penyakit. Sebagian besar penyakit infeksi paru bisa dicegah dengan vaksin. Infeksi paru yang dapat dicegah dengan vaksin yakni, influenza, pneumonia, pertusis, tuberkulosis, dan Covid-19.
“Pertama, jenis vaksin yang digunakan untuk penyakit influenza yakni vaksin inaktif dengan cara disuntikkan dan vaksin hidup yang dihirup melalui hidung dengan dosis satu kali setiap tahun. Kedua, jenis vaksin yang digunakan untuk penyakit pneumonia yakni vaksin PPSV untuk orang berusia lebih dari 65 tahun dan vaksin PPV untuk anak kurang dari dua tahun atau lebih dari dua tahun dengan dosis satu kali pada anak < 2 tahun serta orang ≥ 50 tahun atau Jemaah haji,” kata peneliti utama berbagai uji klinis terkait Covid-19 dan TB, yang melibatkan berbagai negara.
Ketiga, jenis vaksin yang digunakan untuk penyakit pertusis yakni vaksin DTaP (difteri, tetanus, dan pertusis) dengan lima dosis untuk usia anak < 7 tahun dan vaksin Tdap (tetanus, difteri, dan pertusis diberikan setelah usia 7 tahun dan menerima booster setiap 10 tahun.
Keempat, jenis vaksin yang digunakan untuk penyakit tuberkolosis yakni vaksin BCG dengan satu kali dosis pada bayi berusia 0-1 bulan. Terakhir, jenis vaksin yang digunakan untuk penyakit Covid-19 yakni vaksin hidup, vaksin inaktivasi whole-virus, vaksin moderna, vaksin convigen, vaksin novavax, vaksin berbasis virus like particle, dan vaksin vektor.