Bisnis.com, JAKARTA - Vaksin dengan metode inactivated virus seperti Sinovac dan Turkovac disebut dapat membuat antibodi yang lebih kuat terhadap varian omicron baru, yang memiliki protein lonjakan bermutasi.
Hal tersebut disampaikan Dr. Alper ener, anggota Dewan Penasihat Ilmiah Coronavirus Turki.
Dr. ener mengatakan kasus varian omicron telah terdeteksi di beberapa negara, dengan potensi penyebaran yang cepat.
Dia mengatakan bahwa tes PCR yang tersedia dapat mendeteksi varian tersebut, sementara analisis lengkap belum dapat disimpulkan.
"Tidak ada potensi varian baru dapat menghindari vaksin saat ini. Namun, dua kasus yang diidentifikasi di Hong Kong sebelumnya menerima vaksin messenger RNA (mRNA) Pfizer entah bagaimana menimbulkan tanda tanya," katanya dilansir dari Daily Sabah.
Belum ada data ilmiah yang tersedia mengenai perjalanan penyakit ini, kata Ener. Dia menambahkan bahwa rekan-rekannya dan info awal menyarankan bahwa itu tampaknya sama dengan varian lainnya.
Studi tentang efektivitas vaksin terhadap varian sekarang sedang berlangsung, katanya, mengatakan tusukan mRNA hanya menciptakan antibodi terhadap protein lonjakan sementara suntikan tidak aktif membentuk antibodi untuk protein ini serta yang lain, yang mungkin muncul sebagai keuntungan melawan virus varian omicron.
"Ada hipotesis yang menunjukkan bahwa respons antibodi yang dipicu oleh tusukan BioNTech semata-mata untuk protein lonjakan dapat dipengaruhi secara negatif oleh varian omicron karena ada mutasi dan perubahan yang luar biasa dari protein lonjakan dalam varian omicron," katanya. Mutasi tingkat tinggi ini bisa menjadi kerugian bagi vaksin yang memproduksi antibodi hanya untuk protein lonjakan," kata ener.
Hampir 120,4 juta dosis vaksin COVID-19 telah diberikan di Turki sejak Januari sejak meluncurkan program imunisasi, menurut angka terbaru yang dirilis pada Selasa.
Pekan lalu, para ilmuwan Afrika Selatan mengumumkan bahwa mereka telah menemukan varian omicron, yang memiliki beberapa mutasi yang dapat membawa risiko infeksi ulang. Kasus dengan varian yang sama telah ditemukan di beberapa negara Barat.
Pada hari Jumat, Organisasi Kesehatan Dunia menyatakan strain itu sebagai varian yang mengkhawatirkan, menamakannya omicron.