Bisnis.com, JAKARTA – Mungkin Anda pernah swab polymerase chain reaction (PCR) hasilnya negatif. Kemudian, tes PCR lagi di laboratorium lain dan hasilnya positif. Mana yang dipercaya?
Dikutip dari akun Instagram @adamprabata, Selasa (1/2/2021), PCR adalah metode diagnosis Covid-19 dengan memeriksa keberadaan materi genetik (RNA) virus di dalam tubuh.
Sampel pemeriksaan PCR dengan swab diambil dari nasofaring (belakang hidung) dan orofaring (belakang mulut).
Pada pemeriksaan PCR bisa saja ada kemungkinan kesalahan. Hasil PCR negatif, namun sebenarnya pasien sedang terinfeksi Covid-19. Kemudian, hasil PCR positif, namun sebenarnya pasien tidak sedang terinfeksi Covid-19.
“False negative bisa disebabkan masalah teknis seperti skill, transport, lokasi swab dan prosedur laboratorium. Bisa juga waktu pengambilan swab terlalu dini atau terlalu lambat. Selain itu, mutasi virus (kemungkinan kecil),” ujar Adam.
“False positive, misalnya kontaminasi (sampel swab yang harusnya negatif tercampur dengan sampel positif) atau ada masalah teknis,” lanjutnya.
Jika false negatif, kata Adam, dari 100 orang yang benar-benar terinfeksi Covid-19, terdapat 2-29 orang hasil PCR-nya negatif.
Adapun, jika false positif, dari 100 orang yang benar-benar tidak terinfeksi Covid-19, hanya terdapat kurang lebih 1 orang yang hasil PCR-nya positif.
“Kesimpulannya, bila terdapat perbedaan hasil swab PCR, maka penentuan diagnosis Covid-19 yang diutamakan dipilih adalah hasil positif dibandingkan hasil negatif,” tegas Adam.
Meski demikian, menurutnya, penentuan diagnosis Covid-19 memerlukan keputusan dokter.
“Harap segera berkonsultasi kepada dokter atau fasilitas kesehatan terdekat setelah mendapatkan hasil swab PCR!”