Bisnis.com, JAKARTA -- Hasil studi dan penelitian yang dikeluarkan Johns Hopkins Medicine and the Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health menemukan plasma konvalesen dapat mencegah pasien Covid-19 dirawat di rumah sakit dalam 28 hari setelah menerima transfusi plasma kovalesen.
Hal tersebut merujuk terkait dengan penggunaan plasma konvalesen sebagai pengobatan awal untuk pasien penderita Covid-19.
Sekadar informasi, plasma konvalesen merupakan plasma yang diambil dari orang yang sudah pulih dari Covid-19 dan darahnya memiliki antibodi melawan SARS-CoV-2. Untuk saat ini, Dr. Monica menyebutkan, penggunaan terapi plasma konvalesen masih terus dilakukan melalui serangkaian penelitian.
Hal tersebut didasari pada pernyataan Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada 7 Desember 2021, di mana Plasma Konvalesen harus diberikan pada pasien yang berada di rumah sakit, sebagai bentuk pelayanan yang berbasis penelitian.
“Ternyata hal tersebut juga banyak dilakukan baik di rumah sakit di Indonesia maupun di luar negeri,” ujarnya lewat rilisnya, Kamis, (17/2/2022).
Menurutnya, dengan meningkatnya terapi plasma konvalesen ini juga dapat membantu dan mendukung penelitian atau uji klinis yang saat ini masih berjalan, dan dilakukan oleh berbagai pihak, agar mengetahui efektivitas dari terapi tersebut bagi penderita Covid-19.
Dia juga menjelaskan para penyintas Covid-19 yang melakukan donor plasma konvalesen, tubuh mereka akan menjadi lebih sehat dan imun tetap terjaga.
Penyebabnya, fungsi plasma darah adalah membawa berbagai zat penting, seperti protein, hormon, dan nutrisi ke sel-sel yang berbeda di dalam tubuh. Ini termasuk juga hormon pertumbuhan yang membantu otot dan tulang bertumbuh, serta hormon pembekuan yang membantu tubuh menghentikan pendarahan saat mengalami luka.
Berdasarkan hasil penelitian multicenter di Amerika Serikat (AS) menemukan pemberian Plasma Konvalesen secara dini, dapat mencegah hospitalisasi lebih dari 50 persen.
Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa pemberian plasma konvalesen dapat meningkatkan kadar antibodi, menurunkan Interleukin-6 dan CRP secara nyata, sebagai parameter inflamasi yang meningkat bila terjadi badai sitokin.
“Penelitian ini dilakukan pada sejumlah pasien Covid-19 dengan kriteria menderita gejala berat, yang memiliki minimal satu komorbid atau penyakit penyerta,” ujarnya.
Dia menjabarkan, penyakit penyerta tersebut seperti diabetes tipe 1 dan tipe 2, Hipertensi, Kanker, Kardiovaskular seperti Stroke dan penyakit Jantung, Ginjal, Paru kronis termasuk Asma, Hati seperti Hepatitis atau Kanker hati, Demensia, gangguan Kekebalan Tubuh karena Malnutrisi atau HIV, serta penyakit Autoimun seperti Lupus atau Rheumatoid Arthritis.