Bisnis.com, JAKARTA - Berdasarkan data yang dirilis Kemenkes, per Minggu (23/10/2022) perkembangan kasus gagal ginjal akut progresif atipikal, mencapai 245 kasus dengan angka kematian akibat penyakit ini mencapai 141 kasus.
Berbagai kebijakan dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Kemenkes disamping membuat tata laksana penanganan penyakit yang hingga kini belum diketahui penyebabnya ini, juga melarang penggunaan dan penjualan obat-obatan cair.
BPOM kemudian melakukan berbagai penelitian dan sampling untuk mencegah peningkatan kasus ini, yang disinyalir diakibatkan oleh kontaminasi zat pelarut dalam obat-obatan sirup.
Namun, angka kematian masih terus meningkat. Kemenkes pada Jumat (21/10/2022) merilis jumlah kematian anak akibat penyakit ini mencapai 131 kasus. Selang dua hari, pada Minggu (23/10/2022) Kemenkes Menyebut jumlah kasus meninggal meningkat 10 kasus, menjadi 141 kasus.
Beberapa negara selain Indonesia, juga pernah alami kejadian yang sama, meninggal akibat penyakit gangguan ginjal akut, seperti Amerika Serikat, Haiti, India, China, Panama, Gambia, Nigeria dan Bangladesh.
1. Amerika Serikat
Mengutip laman Theguardian, sebelum dilakukan peningkatan standar peraturan tentang produksi obat batuk sediaan sirup, di Amerika Serikat juga pernah terjadi kasus kematian akibat cemaran bahan kimia.
Sama seperti di Indonesia, bahan kimia yang menjadi kontaminan adalah dietilen glikol. Kasus ini terjadi pada tahun 1937 lalu. Pada saat itu, Theguardian menyebut, lebih dari 100 orang meninggal akibat mengkonsumsi obat batuk yang terkontaminasi dietilen glikol yang diproduksi oleh perusahaan lokal AS.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh WHO, efek toksik dari paparan bahan kimia ini meliputi sakit perut, muntah, diare, disfungsi kandung kemih, sakit kepala, perubahan suasana hati atau mental, cedera ginjal akut, atau bahkan kematian.
2. India
Setelah kejadian di Amerika, kejadian serupa juga terjadi di India, tepatnya pada tahun 1972. Bahkan Theguardian menyebut, ada sebanyak lima kejadian kematian massal akibat cemaran bahan kimia pada obat sirup.
Pada tahun 1998 salah satunya, di Gurgaon, Delhi, sebanyak 33 anak meninggal akibat gagal ginjal akut. Sebelumnya, pada tahun 1986, 14 pasien di Mumbai meninggal karena kontaminasi DEG pada gliserin. Kemudian pada tahun 2020, Theguardian mengungkap, ada 12 kasus kematian anak di negara bagian Jammu.
3. Haiti
Di Haiti, pada tahun 1995 hingga 1996 lalu, CDC menyebut ada penyakit gagal ginjal anurik yang menyerang bayi berusia sekitar 3 bulan hingga anak usia 13 tahun.
Sebanyak 85 persen pasien penderita penyakit ini merupakan anak berusia sekitar 5 tahun. Pada 14 Juni 1996, Kementerian Kesehatan Haiti, Rumah Sakit Umum Universitas di Port-au-Prince, Organisasi Kesehatan Pan Amerika atau Organisasi Kesehatan Dunia, Pusat Epidemiologi Karibia, dan CDC, kemudian melakukan penelitian untuk hal ini.
Hasilnya, penelitian ini mengungkap bahwa wabah ini dikaitkan dengan gliserin yang terkontaminasi dietilen glikol (DEG) yang digunakan untuk memproduksi sirup asetaminofen.
Gejala yang dialami oleh anak-anak di Haiti ini beragam, seperti penyakit prodromal demam nonspesifik diikuti dalam 2 minggu oleh gagal ginjal anurik, pankreatitis, hepatitis, dan disfungsi neurologis yang berkembang menjadi koma.
Sebanyak 75 anak dari total 76 anak yang terserang penyakit ini di Haiti, CDC menyebut hanya satu anak yang berhasil sembuh. Sebanyak 10 pasien yang dipindahkan ke Amerika, dan sembilan diantaranya berhasil bertahan.
4. China
China juga pernah mengalami hal yang sama, tepatnya pada tahun 2006 lalu. New York Times menyebut, pejabat pemerintah tanpa disengaja mencampurkan dietilen glikol ke dalam 260.000 obat flu.
Hasilnya, sebanyak 365 keluarga dilaporkan meninggal akibat hal ini, 100 tahun diantaranya telah dikonfirmasi.
5. Bangladesh
Pada tahun 2009 lalu, Bangladesh juga mengalami hal yang kini dialami oleh Indonesia, yaitu kematian anak akibat konsumsi parasetamol sirup yang mengandung cemaran bahan kimia beracun. Bedanya jumlah anak yang meninggal disana lebih rendah, yaitu sekitar 25 anak.
Mengutip laman theguardian, Kementerian Kesehatan Bangladesh mengungkap, parasetamol menjadi toksik akibat ulah produsen obat yang mengganti salah satu bahan dalam obat, menjadi bahan alternatif yang memiliki harga lebih rendah.
Bahan kimia yang tersebut adalah dietilen glikol. Kasusnya hampir sama dengan kasus di Indonesia yang mencurigai kontaminasi etilen glikol, dietilen glikol dan etilen glikol butyl eter sebagai penyebab meninggalnya 141 anak akibat gangguan ginjal akut.
"Pembuat obat menambahkan bahan kimia industri beracun karena 10 kali lebih murah daripada propilen glikol, yang digunakan sebagai pelarut dalam sirup parasetamol," ungkap Menteri Kesehatan Bangladesh saat itu, AFM Ruhul Haque, dikutip dari Theguardian pada Senin (24/10/2022).
6. Gambia
Baru-baru ini, Gambia juga mengungkap adanya kasus kematian akibat obat-obatan yang dibuat oleh pabrik di Delhi, India. Reuters mengungkap ini terjadi pada Oktober 2022, menelan korban sekitar 70 anak.
Obat-obatan sirup tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals yang kemudian pabriknya ditutup oleh otoritas setempat. Dari kasus di Gambia ini, BPOM kemudian membuat pengumuman bahwa obat-obatan yang diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals ini tidak beredar di Indonesia.