Bisnis.com, JAKARTA - Di tengah memanasnya perang Rusia Ukraina, salah satu yang harus diwaspadai adalah bahaya nuklir pada kesehatan manusia.
Hal ini, karena perang memicu wacana munculnya perang nuklir antara kedua negara tersebut.
Terkait bahaya nuklir terhadap kesehatan, para ilmuwan telah mempelajari efek radiasi nuklir selama lebih dari 100 tahun.
Di dalam nuklir, terdapat namanya yang disebut radiasi pengion.
Radiasi pengion ini memiliki energi yang cukup untuk mempengaruhi atom dalam sel hidup dan dengan demikian merusak materi genetiknya (DNA).
Untungnya, sel-sel dalam tubuh kita sangat efisien dalam memperbaiki kerusakan ini. Namun, jika kerusakan tidak diperbaiki dengan benar, sel bisa mati atau akhirnya menjadi kanker.
Paparan tingkat radiasi yang sangat tinggi, seperti dekat dengan ledakan atom, dapat menyebabkan efek kesehatan akut seperti kulit terbakar dan sindrom radiasi akut. Juga dapat menyebabkan efek kesehatan jangka panjang seperti kanker dan penyakit kardiovaskular.
Sementara itu, paparan radiasi tingkat rendah yang ditemui di lingkungan tidak menyebabkan efek kesehatan langsung, namun merupakan kontributor kecil untuk risiko kanker secara keseluruhan.
Sindrom Radiasi Akut dari Eksposur Besar
Tingkat paparan radiasi yang sangat tinggi dalam waktu singkat dapat menyebabkan gejala seperti mual dan muntah dalam beberapa jam, dan terkadang dapat mengakibatkan kematian selama beberapa hari atau minggu berikutnya. Ini dikenal sebagai sindrom radiasi akut, umumnya dikenal sebagai "penyakit radiasi".
Dibutuhkan paparan radiasi yang sangat tinggi untuk menyebabkan sindrom radiasi akut, atau sekitar lebih dari 0,75 gray (75 rad) dalam rentang waktu singkat (menit hingga jam).
Tingkat radiasi ini seperti mendapatkan radiasi dari 18.000 rontgen dada yang didistribusikan ke seluruh tubuh Anda dalam waktu singkat ini.
Sindrom radiasi akut jarang terjadi, dan berasal dari kejadian ekstrem seperti ledakan nuklir atau penanganan yang tidak disengaja atau pecahnya sumber radioaktif tinggi.