Ilustrasi hasil tes Covid-19 varian Omicron/The Guardian
Health

Beda Gejala Covid Varian Arcturus dan Omicron

Sabina Arla Yogandini
Senin, 17 April 2023 - 16:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Covid-19 kembali menggemparkan Indonesia dengan varian baru, yaitu Arcturus. Varian ini merupakan sub-varian Omicron yang memiliki perbedaan gejala dengan suv-varian Omicron lainnya.

Melansir dari Hindustan Times, menurut data WHO baru-baru ini, sebanyak 712 sekuens Arcturus ditemukan di 21 negara. XBB 1.16 atau Arcturus adalah sub-varian dari varian Omicron yang muncul pada akhir 2021 dan sejak saat itu menggantikan delta sebagai varian dominan yang ada di seluruh dunia.

Varian Arcturus ini dianggap lebih mudah menular dan menghindari kekebalan daripada varian sebelumnya. Rohit Kumar Garg, Konsultan, Departemen Penyakit Menular mengatakan bahwa varian ini juga menyebabkan infeksi pada pasien dengan kekebalan alami pada tubuh yang sudah ada sebelumnya atau kekebalan yang disebabkan oleh vaksin.

Gejala Arcturus ini tidak jauh berbeda dengan varian sebelumnya. Adapun gejala umum yang terjadi pada orang dewasa seperti demam, sakit tenggorokan, pilek, batuk, nyeri badan, mialgia, kelelahan, dan diare. Selain itu, bagi pasien yang mengalami penyakit parah akan mengalami gejala seperti sesak napas, saturasi oksigen yang rendah, dan gangguan pernapasan.

Pada kasus Arcturus yang terjadi pada anak-anak, gejalanya akan seperti sakit tenggorokan, pilek, dan hidung tersumbat. Dalam lonjakan yang terjadi saat ini, anak-anak akan mengalami konjungtivitis (mata merah muda).

Prashant Udavant, Dokter Anak, Ahli Neonatologi mengatakan bahwa gejala Arcturus yang terjadi pada anak-anak tidak dapat dibedakan dengan penyakit flu biasanya. Namun, tidak perlu panik akan hal ini karena sebagian besar anak-anak akan sembuh dengan baik. Sebagai upaya pencegahan, bagi anak-anak di atas 12 tahun harus mendapatkan vaksinasi Covid.

Gejala pada lansia dan orang dewasa biasanya sama saja. Namun, bagi lansia lebih rentan untuk mengembangkan penyakit parah karena disfungsi sistem kekebalan terkait dengan usia. Perlu diperhatikan bagi lansia yang memiliki kondisi komorbiditas seperti diabetes, kondisi kardiovaskular, kondisi pernafasan, dan lainnya karena dapat memperparah penyakit bila terkena virus tersebut.

Sebagai upaya preventif, seperti yang telah ada sebelumnya bahwa orang harus menjaga kebersihan tangan dan mengikuti pembatasan sosial. Pasien yang telah mendapatkan vaksinasi dapat mencegah rawat inap dan menghindari risiko penyakit parah bagi orang dengan kondisi kesehatan tertentu atau penyakit parah.

Melansir dari NBC News, gejala antara Arcturus dan subvarian omicron lainnya hampir mirip, antara lain sakit tenggorokan, suara serak, batuk, kelelahan, hidung tersumbat, pilek, sakit kepala, dan nyeri otot.

Armando Meza, kepala penyakit menular di Texas Tech University Health Sciences Center di El Paso mengatakan bahwa omicron dan sub-variannya cenderung lebih banyak gejala yang timbul pada pernapasan bagian atas. Gejala tersebut bisa berupa hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan perubahan rasa dan bau.


Joseph Khabbaza, seorang dokter perawatan paru dan kritis di Klinik Cleveland, mengatakan gejalanya hampir mirip dengan apa yang terlihat pada virus mirip flu apa pun. Hal itu sama dengan apa yang ada pada gejala Arcturus. Selain itu, Arcturus dan Omicron juga sama-sama lebih cepat menular dibandingkan dengan varian seperti Delta.

Antara Arcturus dan Omicron berhubungan karena Arcturus sendiri merupakan sub-varian dari Omicron. Melansir dari New York Times, meskipun kemungkinan besar memberikan perlindungan terhadap penyakit yang parah, kekebalan dari infeksi sebelumnya tidak banyak membantu untuk menghambat infeksi Omicron.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa vaksinasi lengkap ditambah dengan booster akan memberikan perlindungan yang kuat terhadap infeksi Omicron, setidaknya dalam jangka pendek. Tanpa melakukan booster atau vaksinasi lengkap, akan memberikan perlindungan yang jauh lebih sedikit. Namun, perlu diperhatikan bahwa dalam satu penelitian di Inggris, para ilmuwan menemukan bahwa perlindungan yang diberikan booster terhadap infeksi gejala Omicron berkurang dalam 10 minggu.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro