Bisnis.com, JAKARTA - Virus Corona atau Covid-19 terus berkembang dan bermutasi di dunia. Saat ini, terdapat varian Covid-19 yang baru bernama Eris atau EG 5.
Kasus Covid-19 menurun dengan adanya vaksinasi. Namun, varian baru terus bermunculan. Sebelumnya, Covid-19 memiliki varian bernama Omicron yang mulai beredar pada akhir 2021. Omicron berkembang dan melahirkan beberapa mutasi yang menjadi subvarian virus.
Dilansir dari Independent, Eris atau EG 5 ini merupakan salah satu subvarian dari Omicron. Ini merupakan virus yang saat ini paling umum tersebar di Inggris dan Amerika Serikat. CDC memperingatkan bahwa varian Eris ini sudah menyumbang hampir seperlima kasus di Amerika Serikat, tepatnya sebesar 17,3 persen kasus pada 5 Agustus.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan dari 7,5 persen pada minggu pertama Juli dan melampaui sejumlah mutasi Omicron seperti XBB.1.16 (15,6 persen kasus), XBB.2.23 (11,2 persen) dan XBB.1.5 (10,3 persen). Profesor T Ryan Gregory dari University of Guelph di Ontario, Kanada, memperingatkan tentang ancaman yang ditimbulkan dan memicu kebangkitan kembali kekhawatiran tentang Covid-19.
Walaupun demikian, Profesor Gregory mengatakan bahwa varian Eris tidak terlalu menonjol dalam hal mutasi spesifik dan bahkan bukan varian XBB baru yang tercepat. Kemunculan grup EG 5 terjadi pada saat AS mengalami peningkatan rawat inap signifikan akibat Covid-19 sejak Desember 2022.
Studi Kesehatan Zoe telah menunjukkan gejalanya mirip dengan Omicron. Gejala-gejalanya meliputi pilek atau hidung tersumbat, sakit kepala, kelelahan, bersin, sakit tenggorokan, batuk, dan perubahan indera penciuman pasien. CDC tetap menyarankan hal yang sama, yakni tinggal di rumah dan mengisolasi diri, memakai masker saat bertemu orang lain, berolahraga, menjaga kebersihan, banyak istirahat, dan mengonsumsi obat yang disarankan dokter.
Dilansir dari The Sydney Morning Herald, subvarian ini pertama kali ditemukan di Australia pada bulan April. Pada saat itu, sekitar 68 kasus telah terdeteksi. Profesor James Wood, pembuat model penyakit menular di University of NSW, mengatakan bahwa bukti sejauh ini menunjukkan Eris mungkin sedikit lebih menular daripada Omicron, tetapi tidak mungkin menyebabkan gelombang baru.
Walaupun dikatakan lebih mudah menular, varian ini belum jelas apakah lebih berbahaya atau tidak. Anda tidak perlu khawatir dan panik mengenai kabar subvarian Eris ini. Sebagai gantinya, Anda perlu mengikuti informasi mengenai pembaharuan vaksinasi atau pencegahan virus lainnya. Dr. Maria Van Kerkhove, pemimpin teknis WHO dalam konferensi pers Rabu (26/7/23), mengatakan bahwa ancaman Covid-19 belum hilang walaupun darurat Covid sudah dicabut dan tidak lagi dalam fase krisis.