Bisnis.com, JAKARTA – Stunting memjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia yang masih belum berhasil teratasi. Padahal, jika anak sampai terkena stunting tidak bisa disembuhkan.
Stunting sendiri merupakan gangguan gizi kronis dalam 1.000 hari pertama kehidupan anak, yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
Stunting ditandai dengan kurangnya tinggi dan berat badan. Selain menghambat tumbuh kembang, stunting juga dapat menyebabkan hambatan kognitif yang tidak bisa diperbaiki.
Menurut data Kementerian Kesehatan sampai dengan 2022, kasus stunting di Indonesia masih mencapai 21,6% atau 1 dari 4 anak Indonesi terlahir stunting.
dr. Boy Abidin Sp.OG mengatakan, jika sudah terlanjur terkena stunting, setelah 1.000 hari pertama kehidupan anak tidak ada yang bisa diperbaiki.
"Masih bisa koreksi tinggi badan mungkin, kalau anak perempuan sampai 17 tahun, kalau anak laki-laki sampai 21 tahun. Tapi sisanya, pertumbuhan otaknya sudah berhenti dari usia 5 tahun," ungkapnya dalam media gathering Darya Varia di Jakarta, Selasa (6/2/2024).
Penyebab Stunting
dr. Boy menjelaskan stunting bisa dihindari, bahkan dari sejak program kehamilan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan di antaranya mempersiapkan diri calon ibu dan ayah untuk mendapatkan gizi yang cukup dari sebelum hamil, dan mengedukasi diri akan bahaya stunting.
"Karena stunting itu bisa dicegah dari sebelum hamil. Oleh karena itu intervensi sebelum hamil pun perlu dilakukan, tidak hanya saat bayi sudah lahir," lanjutnya.
Adapun, beberapa penyebab stunting berikut ini
- Berat badan ibu yang tidak naik selama kehamilan.
- Kurangnya edukasi tentang stunting.
- Kurangnya akses layanan kesehatan.
- Tinggal di lingkungan yang miliki sanitasi buruk dan tidak mudah mendapatkan air bersih.
- Tidak mendapatkan ASI Eksklusif dari sejak lahir.
- Tidak mendapatkan gizi yang cukup.
- Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi.