Bisnis.com, JAKARTA - Kasus Flu Singapura kembali merebak di Indonesia sehingga masyarakat petlu untuk mengetahui gejala dan cara penularannya.
Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Infeksi Penyakit Tropik IDAI dan Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Edi Hartoyo mengatakan bahwa gejala utama Flu Singapura adalah demam, dan lesi kulit.
"Yang kita teliti di Banjarmasin tahun 2016 jadi dari 2000 kasus ternyata demam memang presentasi [gejala] 75% sedangkan lesi kulit di telapak tangan, telapak kaki, mulut, itu hampir 100%," katanya, di Seminar Media IDAI, kepada awak media, pada Selasa (2/4/2024).
Gejala Flu Singapura
Dia menjelaskan berdasarkan penelitian tersebut, bahwa gejala lainnya yaitu nyeri menelan yang menyebabkan tidak mau makan sebesar 83%, terkadang disertai batuk dan pilek sekitar 45-50% dan bahkan ada yang muntah 11%.
Adapun dia menegaskan bahwa yang pasti, 91% kalau terkena Flu Singapura maka ada lesi di mulut, telapak tangan, dan telapak kaki.
Kemudian dia menjelaskan bahwa Flu Singapura biasanya menyerang anak di bawah 5 tahun, namun tidak menutup kemungkinan orang dewasa juga bisa terserang flu tersebut.
"Jadi kalau ada anak ada gejala vesikel merah-merah di telapak tangan, di kaki, dan di mulut ya biasanya karena Flu Singapura biasanya menyerang pada bayi dan balita terutama di usia kurang dari 5 tahun. Orang dewasa bisa kena tapi sangat jarang, artinya yang paling banyak dan yang menjadi faktor risiko adalah anak-anak umur kurang dari 5 tahun," ucapnya.
Cara Penularan Flu Singapura
Sementara itu, dia menjelaskan cara penularan Flu Singapura, yang pertama yaitu bisa dengan kontak langsung dari sumber droplet.
"Misalnya kita batuk, kemudian bersin ya bisa juga lewat pegang orang artinya bisa penularan kontak langsung, dan bisa juga penularan kontak tidak langsung, misalnya pada saat menggunakan handuk bersamaan di mana ada anak yang pernah terkena Flu Singapura, kemudian baju peralatan makan, mainan, juga bisa sepertinya sangat mudah menular bisa lewat kontak langsung bisa juga tidak langsung perantaranya," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa Flu Singapura hampir mirip dengan Covid-19. Jika virus masuk ke dalam saluran pernapasan, maka akan meneruskan ke faring, tenggorokan kemudian usus, dan akan memperbanyak diri. Kemudian akan menyebar ke kelenjar limfa dalam waktu 24 jam.
Lebih lanjut, dia mengungkap hal yang perlu di waspadai dari Flu Singapura ini, yaitu jika menunjukkan ke arah infeksi berat yang harus dirawat di rumah sakit.
"Misalnya anak demamnya tinggi di atas 39 kemudian nafasnya cepat ya seperti orang sesak, kemudian kadang-kadang bisa menyebabkan kejang terutama pada anak-anak di bawah 6 tahun yang ada riwayat kejang dari keluarga," tambahnya.
Adapun dia menjelaskan bahwa salah satu gejala klinis yang bahaya adalah kalau komplikasi ke otak. Bisa ke arah meningitis atau gejalanya kalau ada anak merasa agak nyeri kemudian anaknya tidak sadar dan kejang, dan bahkan bisa menyebabkan kelumpuhan.
Seperti diketahui, kasus Flu Singapura atau Hand, Foot, and Mouth Disease (HFMD) kembali merebak di Indonesia. Sepanjang Januari-Maret 2024, sudah ada lebih dari 5.000 kasus.
Berdasarkan keterangan Kementerian Kesehatan, sampai dengan Maret 2024, sudah ada 5.461 kasus Flu Singapura. Beberapa kasus di antaranya terjadi di Banten ada 738 kasus, dan Depok 45 suspek dengan 10 pasien dirawat di rumah sakit.