Pekerja menata bungkus rokok bercukai di Jakarta. Bisnis/Fanny
Health

Pakar Ungkap Hambatan RI Tekan Angka Prevalensi Perokok

Rio Sandy Pradana
Senin, 14 April 2025 - 22:18
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan angka prevalensi merokok di Indonesia dinilai mengalami sejumlah hambatan, salah satunya pengurangan risiko tembakau yang tak optimal.

Pakar kesehatan yang juga Mantan Direktur Penelitian, Kebijakan dan Kerja Sama World Health Organization (WHO), Tikki Pangestu mengatakan strategi pengurangan risiko tembakau mempunyai pengaruh terhadap upaya perokok untuk menghentikan kebiasaannya.

"Namun, adopsi strategi ini masih mengalami banyak hambatan, sehingga berpengaruh terhadap penurunan prevalensi merokok di Indonesia," kata Tikki dalam keterangannya, Senin (14/4/2025).

Dia menjelaskan metode tersebut menawarkan pemanfaatan produk-produk alternatif yang rendah risiko kesehatan dikarenakan tidak adanya proses pembakaran, seperti rokok elektronik, produk tembakau yang dipanaskan, dan kantong nikotin.

Tikki menambahkan banyak pihak termasuk WHO yang tidak mempertimbangkan pendekatan tersebut meski banyak hasil riset yang membuktikan manfaat produk tembakau alternatif dalam mengurangi risiko kesehatan.

Menurutnya, produk tembakau alternatif belum digunakan secara luas untuk mengatasi epidemi merokok yang sedang terjadi di sejumlah negara.

Dia menyebut ada tiga faktor utama yang menjadi penghambat utama dalam penerapan pengurangan risiko tembakau sehingga berdampak dalam upaya menurunkan prevalensi merokok di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Pertama, lanjutnya, kuatnya lobi dari kelompok pengendalian antitembakau yang memiliki sumber daya besar dan pendanaan kuat. Kelompok tersebut sangat menentang pendekatan pengurangan risiko tembakau dan cenderung mengedepankan kebijakan yang berfokus pada larangan dan pembatasan.

Kedua, negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah cenderung mengikuti arahan WHO yang memiliki sikap menolak terhadap pendekatan pengurangan risiko tembakau.

Dampaknya, negara-negara tersebut sering kali mengalami keterbatasan dalam menilai manfaat dari implementasi pendekatan pengurangan risiko tembakau melalui penggunaan produk-produk tembakau alternatif.

Ketiga, maraknya misinformasi tentang produk tembakau alternatif yang menyebabkan pemerintah dan organisasi kesehatan menolak untuk lebih terbuka terhadap potensi produk tembakau alternatif.

Salah satu bentuk misinformasi yang paling umum adalah anggapan bahwa produk tembakau alternatif memiliki risiko kesehatan yang sama dengan rokok.

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro