Bisnis.com, JAKARTA - Sederetan film aksi unggulan dikabarkan akan dirilis pada tahun ini.
Beberapa film aksi yang ditunggu itu termasuk kategori film sekuel, film penutup seri tertentu, hingga sekumpulan film franchise yang memiliki basis penggemar kuat di seluruh dunia.
Mereka antara lain The Avengers: Age of Ultron, Star Wars: Episode VII-The Force Awakens, Furious 7, The Hunger Games: Mockingjay Part 2,dan masih banyak lainnya.
Namun, para penggemar film drama juga patut bergembira sebab film adaptasi novel populer berjudul Fifty Shade of Grey juga akan dirils tahun ini.
Sambil menunggu film aksi yang rata-rata baru dirilis pertengahan hingga akhir tahun, para penikmat film bisa menyaksikan film drama romantis besutan sutradara Sam Taylor – Johnson ini pada momen Valentine tahun ini.
Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GBPSI) Djonny Syafruddin menyatakan tren film pada 2015 tidak akan terlalu banyak berubah dari 2014.
Film Hollywood masih mendominasi pasar, disusul film-film unggulan Indonesia dan film dari negara asing lain seperti Prancis, Korea, dan sebagainya.
“Ya kayak model-model Transformer, action-action, bagi masyarakat umum pada dasarnya gitu minatnya gitu, kalau yang drama-drama kurang, itu yang lagi trennya. Animasi juga lumayan,” ujarnya saat dihubungi Bisnis.
Dia menambahkan biasanya film yang memadukan unsur aksi dengan teknologi cangggih akan membuat film tersebut laris di pasaran.
Selain itu, tradisi film Amerika yang selalu unggul di pasar Indonesia sejak tahun 1950-an membuat masyarakat sudah terbiasa dengan sinematografi ala Amerika. Hal itulah yang turut memicu film Hollywood sulit tergoyahkan sebagai penguasa pasar.
Meski begitu, film Indonesia tetap mendapatkan tempat di hati para penggemarnya, sepanjang memiliki kualitas sinematografi yang baik. Menurut Djonny, ada beberapa hal yang membuat film . Indonesia kuat di pasar.
Pertama, kemasan yang baik. Hal ini tergantung dari kekuatan cerita, kualitas sutradara dan daya tarik para pemain. Djonny juga menambahkan tren film yang diadaptasi dari novel masih akan digemari pada tahun ini.
“Film Indonesia itu pilihan, seperti sekarang lagi ramai Assalamualaikum Beijing, tapi bagus-tidaknya tetap relatif,” ujarnya.
Dia menambahkan persentase film Indonesia yang sukses di pasar memang tidak banyak, yakni kurang dari 10% dari sekitar 120 total film Indonesia yang beredar di layar bioskop sepanjang 2014.
Dia juga berpandangan Indian Wave yang kini menjadi tren berbagai program di tevisi juga tak berpengaruh terhadap genre film yang ditayangkan di bioskop. Segmen penonton yang berbeda antara televisi dan bioskop membuat film India tidak akan sukses di pasaran.
“Makanya India itu bergeser ke televisi karena di bioskop kurang diminati. Dulu tahun 70-an masih oke film India di bioskop tapi mulai tahun 90-an sudah mulai menurun dan menghilang dari layar bioskop,” ujarnya.