Hanung Bramantyo /twitter
Entertainment

Hanung Bramantyo Beberkan Resep Buat Film Laris

Tisyrin Naufalty Tsani
Jumat, 1 Juli 2016 - 16:12
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA— Hanung Bramantyo sempat merasa ragu film Habibie & Ainun mampu meledak di pasaran. Dalam film yang rilis pada 2012 tersebut, dia terlibat sebagai salah satu pemain dan Manoj Punjabi sebagai produser.

Saat syuting di Jerman, mereka berdua berdialog. Hanung berkata pada Manoj, jika Habibie & Ainun bisa mendapatkan lebih dari 1 juta penonton, dia akan mengikuti formula Manoj dalam membuat film.

Tak disangka, Habibie & Ainun mampu meraih angka fantastis yaitu lebih dari 4,5 juta penonton.  Formula Manoj dalam menciptakan film komersil terbukti ampuh. Selanjutnya, Hanung mencoba keampuhan formula itu dalam film lainnya Surga yang Tak Dirindukan, di mana dia menjadi co-producer. Film Surga yang Tak Dirindukan kemudian mendapatkan lebih dari 1,5 juta penonton.

Kali ini, Hanung akan mencoba lagi keampuhan formula Manoj lewat film sekuel dari Habibie & Ainun. Film berjudul Rudy Habibie yang meluncur mulai 30 Juni 2016 akan menjadi semacam pembuktian kesekian kalinya untuk formula Manoj.

“Dia jago sekali membaca formula yang dibutuhkan penonton,” katanya kepada Bisnis.

Salah satu formulanya adalah sebuah film tidak boleh ‘kendor’ dari sisi dramatiknya. Artinya, tidak boleh ada scene yang hanya numpang lewat atau terbuang sia-sia. Setiap adegan harus punya arti dan mampu merebut hati penonton.

Selanjutnya formula lainnya adalah musik yang cenderung berlebihan. Menurut Hanung, sebagian besar masyarakat dunia terutama Asia mengamini resep tentang musik ini, misalnya yang terlihat di drama-drama Korea.

Dia menambahkan, biasanya juga ada faktor tambahan yang mempengaruhi laris tidaknya film seperti adaptasi dari novel laris, kejadian nyata, dan brand yang sudah kuat. Rudy Habibie sendiri brand-nya sudah kuat karena merupakan sekuel Habibie & Ainun.

Suami Zaskia Adya Mecca itu telah membuktikan formula semacam itu mampu bekerja dengan baik. Dan kali ini, dia akan melihat apakah formula tersebut kembali bekerja di Rudy Habibie.

Untuk menyempurnakan tata suara Rudy Habibie, kru terbang ke Hollywood dan bekerja sama dengan Chris David. David adalah Sound Designer untuk film Legend Of The Fall dan Rambo. Tujuannya, mereka ingin mengetahui standar membuat film dari kiblatnya langsung, Hollywood.

Rudy Habibie menghabiskan waktu syuting sekitar 30 hari di empat kota yakni Yogyakarta dan Jakarta (Indonesia) serta Aachen dan Gorlitz (Jerman). Film yang terinspirasi dari buku tentang tokoh Indonesia B. J Habibie tersebut tidak mementingkan seberapa mirip adegan dengan kejadian nyatanya, tetapi bagaimana agar adegan yang ada tetap dapat memberikan inspirasi bagi para penonton.

Bagi Hanung, hampir semua adegan terbilang sulit dalam menggarapnya. Sebagian besar syuting berlangsung di Yogyakarta padahal cerita dalam film banyak berkutat di Jerman. Karena itu dia harus membawa suasana Jerman di Indonesia, dengan menghadirkan para bule. Ini menjadi PR tersendiri karena tidak semua orang asing yang dilibatkan mampu berakting dengan baik.

Saat syuting di Jerman, salju tidak selalu turun sehingga kru harus membuat salju buatan untuk salah satu adegan. Ada pula adegan yang menampilkan salju berkat bantuan teknologi Computer Generated Imaginery (CGI).

Melalui Rudy Habibie, dia ingin menggambarkan apa yang dilakukan seorang Habibie muda. Film ini mengingatkan bahwa musuh saat mewujudkan mimpi bisa jadi adalah orang-orang di sekeliling yang kurang mendukung.

Maksimal

Rudy Habibie adalah film dari rumah produksi MD Pictures yang termahal biayanya. Berdasarkan pengakuan Produser Rudy Habibie Manoj Punjabi, total biayanya bisa mencapai lebih dari Rp30 miliar. Untuk biaya produksi saja, menghabiskan Rp15 miliar-Rp17 miliar. Film ini juga menghabiskan biaya promosi yang terbilang tinggi yaitu di kisaran Rp10 miliar-Rp12 miliar, belum lagi biaya-biaya lainnya.

Salah satu yang membuat biaya film ini besar adalah penggarapan tata suara ke Hollywood, empat orang kru harus terbang ke Amerika Serikat.

“Ini film MD termahal,” katanya.

Manoj juga sempat mengatakan, ke depannya dia masih akan membuat film ketiga dan seterusnya tentang Habibie.

Dalam Rudy Habibie, para pemain yang terlibat antara lain Reza Rahadian, Chelsea Islan, Ernest Prakasa, Boris Bokir, Dian Nitami, Donny Damara, Indah Permatasari, dan Millane Fernandez.

Reza Rahadian sebelumnya telah memerankan Habibie dalam Habibie & Ainun sehingga tidak terlalu banyak mengalami kesulitan. Namun, dia harus melafalkan beberapa dialog dalam bahasa Jerman. “Untungnya belajar dibantu cast lain Millane Fernandez yang fasih bahasa Jerman,” tuturnya.

Rudy Habibie berkisah tentang Rudy (panggilan masa kecil Habibie) yang merupakan sosok pemuda pintar. Dia melanjutkan pendidikan di Jerman dan bersahabat dengan sesama mahasiswa dari berbagai etnis mulai dari Tionghoa, Batak, hingga Jawa.

Rudy yang merupakan sosok visioner memiliki cita-cita memajukan industri dirgantara di Indonesia. Banyak orang menganggap remeh mimpinya tersebut. Di tengah situasi semacam itu, hadir sosok Ilona, gadis keturunan Polandia yang mendukung cita-cita Rudy.

Ilona sangat tertarik pada Indonesia, dia pernah dirawat oleh seseorang yang berasal dari Ambon. Dari orang tersebut, Ilona juga belajar bahasa Indonesia. Semakin hari, Rudy dan Ilona pun semakin dekat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro