Ilustrasi./.Istimewa
Fashion

Kebiasaan Tak Habiskan Makanan di Asia Pasifik, APEC Pikirkan Ini

Wike Dita Herlinda
Sabtu, 24 September 2016 - 10:37
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Mungkin Anda pernah mendengar wejangan orang tua untuk selalu menghabiskan makanan di piring. Atau mungkin

Anda terbiasa  dengan nasehat orang tua, “Jangan menyisakan atau membuang nasi. Pamali. Kasihan pak taninya nanti.”

Acapkali seseorang merasa nasehat untuk tidak membuang-buang makanan tidaklah relevan. Mereka mungkin berpikir, “Ah, apalah artinya makanan sisa dari sebuah piring? Toh, aku masih bisa membeli makanan lagi nanti.”

Satu atau dua orang yang membuang makanan mungkin tidak akan memberi signifikansi apapun. Namun, pernahkah Anda membayangkan apa implikasinya jika jutaan orang berpikir membuang-buang makanan adalah hal yang lumrah?

Asal tahu saja, saat ini negara-negara di Asia Pasifik telah menghadapi problema limbah pangan yang sangat kronis. Jumlah makanan yang dibuang di wilayah itu begitu banyaknya, sampai-sampai berisiko membahayakan masa depan ketahanan pangan di regional itu.

Di saat banyak kaum sosialita di kafe-kafe dan restoran fine dining merasa ‘wajar-wajar saja’ tidak menghabiskan makanan yang tidak disukai dan membuangnya, para tenaga ahli anggota APEC sedang putar otak untuk mengurangi jumlah limbah pangan di Asia Pasifik.

Asia Pasifik adalah regional yang dihuni oleh lebih dari 3 miliar penduduk. Di wilayah tersebut terdapat jurang kesenjangan yang sangat lebar di dalam rantai pasok yang menghubungkan konsumen dan peritel.

Akibatnya, masalah pembuangan makanan menjadi hal yang sangat lumrah di regional tersebut. Selama bertahun-tahun, para tim ahli dari APEC sudah mencoba untuk mengatasi problema pembengkakan limbah pangan.

Kepala APEC Policy Partnership on Food Security, Juan Carlos Gonzales, meneliti bahwa sekitar 40% dari kasus pembuangan makanan di Asia Pasifik dilakukan oleh konsumen dan peritel.

“Di kawasan ini, total jumlah makanan yang dibuang setiap tahunnya setara dengan angka untuk mencukupi kebutuhan pangan 800 juta orang di bawah garis kemiskinan selama 16 bulan,” katanya dalam laporan yang diterima Bisnis pekan ini.

Ironisnya, masalah ledakan limbah pangan berbanding lurus dengan tren kenaikan pendapatan dan konsumsi penduduk Asia Pasifik. Hal itu membuat isu ketahanan pangan di regional itu semakin menuai jalan terjal.

Masalahnya, hingga saat ini belum ada data akurat tentang berapa ton jumlah makanan yang terbuang di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia. Untuk itu, negara-negara APEC berusaha merumuskan strategi pendataan yang tepat untuk memetakan permasalahan food waste ini.

Banyak perwakilan Industri di Asia Pasifik yang telah menyatakan kesediaan untuk merumuskan metodologi kuantitatif yang koheren untuk menakar masalah limbah pangan di regional tersebut.

Mereka berencana menggunakan teknologi mobiledan aplikasi untuk mengumpulkan data dari perusahaan-perusahaan ritel, pariwisata, pelaku rantai pasok, serta konsumen.

Dibutuhkan juga edukasi yang mengena di kalangan konsumen untuk tidak membuang-buang makanan, termasuk bagaimana mengubah kebiasaan para manajer supermarket, chef, konsumen rumah tangga, hingga murid-murid sekolah.

Dengan berupaya menyetop kebiasaan konsumen dalam membuang-buang makanan, diharapkan angka limbah pangan dapat berkurang seiring dengan semakin tingginya permintaan atas pangan.

Apalagi, masyarakat dunia sedang mengantisipasi lonjakan penduduk sebesar 30% menjadi 9,7 miliar pada 2050.

Upaya mengurangi limbah pangan juga diharapkan mengatasi masalah pengurangan lahan garapan akibat lonjakan urbanisasi, serta meredam ancaman ketahanan pangan lain yang ditimbulkan oleh perubahan iklim dan kerusakan lingkungan.

Wakil Kepala APEC Policy Partnership on Food Security, Tony Nowell, menambahkan upaya mengubah kebisaan warga Asia Pasifik dalam membuang-buang makanan juga akan membuat industri dan rantai pasok menjadi lebih efisien.

“Langkah kolaboratif sedang kami diupayakan APEC untuk menekan limbah pangan. Kami harap hal ini dapat memberi kepastian terhadap ketahanan pangan di Asia Pasifik, yang merupakan regional dengan jumlah penduduk terpadat di dunia,” tegasnya.

Dengan menghentikan kebiasaan membuang-buang makanan, lanjutnya, Anda turut serta membantu produktivitas sektor tenaga kerja, penghematan rumah tangga, pengentasan kemiskinan, pengurangan emisi karbon, dan pemulihan kerusakan lingkungan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro