Ilustrasi/Quartsoft
Fashion

Ini Tips Memilih Barang Via Online dengan Cerdas

Nindya Aldila
Kamis, 18 Mei 2017 - 01:29
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Banyaknya jumlah e-commerce di Indonesia seringkali membuat konsumen bingung untuk memilih barang yang tepat untuk dibeli. Mulai dari harga, kualifikasi, sampai mode pembayaran menjadi pertimbangan setiap konsumen digital sehingga akhirnya harus membuka beberapa situs sekaligus.

Namun, semakin tingginya kepercayaan konsumen terhadap situs belanja online direspon cepat oleh oleh pelaku bisnis di lini lain. Alih-alih membuka lapak online baru, platform ini justru menyediakan fitur pembanding harga untuk mempermudah konsumen dalam mempertimbangkan produk.

Salah satunya adalah startup asal Thailand yang mulai merambah bisnis di tanah Air sejak 2013. Saat ini, Priceza telah mencatatkan 4,5 juta klik per bulannya dengan jumlah ketersediaan produk mencapai 39 juta item. Saat ini ada sekitar 200 toko online yang sudah menjalin kemitraan dengan Priceza.

Situs ini bekerja dengan menyediakan informasi harga, fitur produk, cara pembayaran, cara pengiriman, promosi dari setiap e-commerce atau situs online lainnya. Dengan begitu, konsumen tidak perlu lagi mengunjungi situs tersebut satu per satu.

Semenjak 2013, Priceza memang belum banyak melakukan promosi karena tengah melakukan riset pasar untuk memaca perilaku konsumen digital di Indonesia. Country Manager Priceza Indonesia Reni Minarti memaparkan bahwa jumlah pengunjung situs ini lebih banyak laki-laki dibanding perempuan, yaitu sekitar 64% .

Menurut Reni, hal tersebut disebabkan karena laki-laki cenderung praktis dan tidak membutuhkan banyak pertimbangan dalam berbelanja, sementara wanita cenderung kurang puas dengan hanya melihat barang di layar ponsel atau komputer saja, melainkan butuh melihat barang secara langsung. Oleh karena itu, penetrasi laki-laki jauh lebih tinggi dari wanita.

Adapun generasi yang paling banyak melakukan kunjungan ke situs perbandingan harga lapak online ini terdiri dari generasi millenial berumur 25-34 tahun. Kendati ruang lingkup Priceza terbanyak masih di Jakarta, tetapi traffic di Jayapura 10 kali lipat lebih tinggi dari Palangkaraya dan Jambi.

“Menurut kami generasi di umur tersebut sudah banyak yang bekerja dan mereka memiliki kemampuan belanja yang tinggi. Pengunjung kami tidak hay sekedar mampir, tetapi mereka adalah pembelanja serius,” katanya.

Adapun kategori produk yang paling banyak dikunjungi adalah produk fesyen dan disusul oleh otomotif seperti aksesoris mobil serta motor.

Dalam melakukan perbandingan, Priceza tidak hanya menjaring toko berdasarkan harga termurah, melainkan menggunakan sisetem bidding ranking yang bekerja seperti Google Adwords.

“Konsumen sekarang tidak hanya membandingkan harga yang murah, konsumen juga ingin tahu rekomendasi dari orang, cara pembayaran dan cara pengirimannya. Banyak konsumen yang menginginkan sistem pembayaran cash on delivery,” ujarnya.

Bicara masalah risiko, pada dasarnya transaksi tidak dilakukan di situs pembanding ini , melainkan dilanjutkan ke toko online penyedia, sehingga risiko terjadinya kesalahan transaksi tetap dibebankan kepada toko penyedia.

Business Development Manager Priceza Indonesia Arrie Baskoro mengatakan pihaknya berupaya untuk menyediakan one stop shopping dari awal hingga akhir. Artinya, fitur yang diberikan oleh Priceza tidak hanya sekedar pembanding harga, tetapi juga memberikan rekomendasi bagi para konsumen dalam memilih produk yang berkualitas dan terjangkau.

Sejatinya, Priceza bukan satu-satunya situs pembanding harga di Indonesia. Reni mengakui kompetitor banyak berdatangan dari pemain lokal, seperti Pricearea, Telunjuk, dan Indokatalog.

Arrie mengatakan bahwa semua perusahaan yang bergerak di bidang pembanding harga ini memiliki visi yang sama yaitu mencerdaskan konsumen Indonesia. Selain itu, menciptakan konsep yang transparan dalam penyediaan informasi yang dibutuhkan oleh konsumen.

Kegiatan perekonomian digital di Indonesia dari tahun ke tahun terus menunjukkan pertumbuhan positif. Data Sensus Ekonomi 2016 dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan industri e-commerce Indonesia dalam 10 tahun terakhir tumbuh sekitar 17% dengan total usaha mencapai 26,2 juta usaha.

Jumlah pemain bisnis e-commerce di Indonesia diperkirakan akan terus bertumbuh seiring semakin banyaknya perusahaan yang mulai mengembangkan usaha mereka ke ranah digital.
Bloomberg menyatakan pada 2020 lebih dari separuh penduduk Indonesia akan terlibat dalam kegiatan e-commerce.

Dengan begitu, startup seperti Priceza juga akan mendulang keuntungan dari pertumbuhan industri lapak online, ditambah besarnya pasar Indonesia dibandingkan negara di Asia Tenggara lainnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro