Bisnis.com, JAKARTA - Film "Hujan Bulan Juni" yang dirilis 2 November 2017 tak hanya sebatas cinta dan rasa, tetapi makna yang lebih personal yakni hadirnya sebuah komitmen pilihan dan tanggung jawab, kata Sutradara Reni Nurcahyo Hestu Saputra.
"Tugas saya adalah mengalihwahanakan puisi dan novel ke dalam bentuk film layar lebar selalu menemukan tantangan dan pencapaian kreatif baru," kata Reni di Manado, Senin (23/10/2017).
Film yang diangkat dari novel "Hujan Bulan Juni" ini menceritakan Pingkan (Velove Vexia), dosen muda sastra Jepang Univesitas Indonesia (UI) yang mendapatkan kesempatan belajar ke Jepang selama dua tahun.
Sarwono (Adipati Dolken) nelangsa mendengar kabar ditinggal Pingkan yang selama ini tidak pernah lepas dari sampingnya.
Sarwono ditugaskan Kepala Program Studi presentasi ke Universitas Sam Ratulangi Manado, Pingkan pun diboyong menjadi guide selama berada di sana.
Pingkan bertemu keluarga bersar almarhum ayahnya yang keturunan Manado, dan mulai dipojokkan oleh pertanyaan tentang hubungannya dengan Sarwono berkaitan dengan perbedaan yang di mata mereka sangat besar.
Bukannya Pingkan dan Sarwono tidak menyadari, tetapi keduanya sudah terlanjur nyaman menetap bertahun-tahun di ruangan kedap suara yang bernama kasih sayang, apakah ini akan menjadi perjalanan perpisahan keduanya?
Menurut Reni, sebagai film dengan pendekatan komunikatif tidak mudah direalisasikan dengan desain kreatif yang sudah direncanakan agar hasilnya bisa diterima penonton dan awal lahirnya gagasan, terbentuk melalui kejujuran bertutur pada serapan makna atas kehadiran puisi "Hujan Bulan Juni" yang dibaca.
"Kejujuran itu juga pergumulan kreatif yang saya ciptakan ke dalam konsep penyutradaraan film ini. Konsep ini kemudian dikuatkan dengan dasar cerita dari novel Hujan Bulan Juni sebagai latar belakang embrio puisi tema serupa karya Sapardi Djoko Darono," ujarnya.
Selanjutnya, Produser Avesia Soebli merunut, pada suatu sore, usai mengikuti salah satu mata kuliah di pascasarjana Institut Kesenian Jakarta (IKJ), dirinya menyapa Sapardi Djoko Damono (SDD) dan menyodorkan novel "Hujan Bulan Juni" untuk ditandatangani.
"Sambil menyodorkannya saya berkata izinkan saya memfilmkan novel ini," kaya Avesia.
Persinggungan secara fisik dengan SDD, lanjut dia, baru dua semester.
Meski begitu, puisi-puisi SDD sering dibacakannya dalam berbagai lomba sajak ketika masih remaja.
"Betapa bahagianya saya ketika pak Sapardi menjawab silakan dan menjabat tangan saya," kenangnya.
Setelah mendapatkan restu SDD, Avesia harus mempertanggungjawabkan proses alihwahana ini.
Dalam menggarap film "Hujan Bulan Juni", Avesia ditemani sederetan nama seperti Rayi Aurora (pecinta puisi), Reni Nurcahyo Hestu Saputra (sutradara), Titien Watimena (penulis skenario), Tina Talisa (Sinema Imaji) dan Chand Parwes Servia (Starvision).
"Saya harus berterima kasih kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Universitas Sam Ratulangi, Bank SulutGo, Univesitas Indonesia serta teman-teman crew produksi film Hujan Bulan Juni dan orang-orang yang mendukung film ini dengan suka cita," ujarnya.
Dirinya berharap, film yang sebagian besar bersentuhan dengan lokasi shooting di Sulawesi Utara mendapatkan sambutan warga berpenduduk lebih dari 2,5 juta jiwa itu.