LONDON: Berhati-hatilah! Lembaga kesehatan PBB memperingatkan masyarakat dunia, rangkaian gonorea yang kebal obat telah menyebar ke berbagai negara di seluruh dunia dan jutaan pasien mungkin tidak terobati kecuali para dokter menemukan dan mengobatinya lebih dini.
Para ilmuwan tahun lalu melaporkan temuan satu rangkaian ‘kutu super’ gonorea di Jepang pada 2008 dan rangkaian penyakit kelamin itu tahan terhadap antibiotik yang disarankan. Para ilmuwan saat itu memperingatkan bahwa penyakit ini dapat mengubah infeksi yang dulu mudah diobati menjadi ancaman kesehatan global. (ilustrasi: diagnosticodelmedico.blogspot.com)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kekhawatiran itu sekarang jadi kenyataan sementara banyak negara lain, termasuk Australia, Prancis, Norwegia, Swedia dan Inggris melaporkan kasus penyakit yang ditularkan melalui hubungan seks itu tahan terhadap antibiotik cephalosporin. Obat tersebut biasanya menjadi pilihan terakhir buat obat terhadap gonorea.
“Gonorea menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat,” kata Manjula Lusti-Narasimhan, dari Departemen Penelitian dan Kesehatan Reproduksi di WHO, sebagaimana dikutip Reuters. Ia mengatakan lebih dari 106 juta orang baru terinfeksi penyakit itu setiap tahun.
“Organisme itu adalah apa yang kami sebut sebagai 'kutu super',dan telah mengembangkan ketahanan terhadap setiap klas antibiotik yang ada,” kata wanita ilmuwan tersebut dalam pertemuan di Jenewa, Swiss. “Jika infeksi gonorea tak diobati, dampak kesehatannya penting."
Gonorea adalah infeksi bakteri yang ditularkan melalui hubungan seks, yang - jika dibiarkan tak diobati - dapat mengarah kepada penyakit radang panggul, kehamilan ektopik, bayi meninggal saat dilahirkan, infeksi mata parah pada bayi dan ketidaksuburan pada lelaki dan perempuan.
Gonorea adalah salah satu penyakit hubungan seksual paling umum di dunia dan paling banyak ditemukan di Asia Tenggara dan Selatan dan Sub-Sahara Afrika. Di Amerika Serikat saja, menurut Pusat bagi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC), jumlah kasus tersebut diperkirakan mencapai 700.000 per tahun.
WHO menyerukan kehati-hatian lebih besar mengenai penggunaan antibiotik secara benar dan penelitian lebih lanjut mengenai pengobatan alternatif bagi apa yang disebut infeksi gonorea.
Kemunculan rangkaian gonorea ‘kutu super’ atau tahan obat disebabkan oleh akses yang tak diatur ke dan penggunaan antibiotik secara berlebihan, yang memberi bahan bakar bagi mutasi genetika alamiah pada bakteri itu. (antara/reuters/yus)
BACA JUGA:
Petani mogok makan tuntut hak atas tanah
BNI perkuat dukungan pendanaan MP3EI Sumut
6 Hotel baru mulai beroperasi di Medan tahun ini
Kapasitas Penyimpanan Data Cadangan BP Batam masih 70%
BP Batam Ikut Simpan Data Penduduk RI