Fashion

Indonesia Juara Keempat Dunia Soal Jumlah Penderita Diabetes

Martin Sihombing
Kamis, 21 Februari 2013 - 13:54
Bagikan

JAKARTA--Pakar biokimia dan biomedis Profesor Helen Edwards dan Profesor Zee Upton mengatakan Indonesia memiliki populasi penderita diabetes terbesar keempat di dunia dan radang kaki diabetes (DFU) menjangkiti hampir 25% pasien diabetes dan menyebabkan 85% penderita harus diamputasi.

Radang Kaki Diabetes mempunyai dampak sosial dan ekonomi yang besar terkait dengan peningkatan tingkat rawat inap, biaya perawatan dan penurunan kemampuan pasien dan anggota keluarga yang merawatnya untuk bekerja.

Untuk itu, Kedutaan Besar Australia di Jakarta menyelenggarakan seminar tentang Inovasi Pengelolaan Luka: Pengembangan teknologi, alat dan terapi dan aplikasi klinis.

“Kami bangga menghadirkan para ilmuwan ternama di Kedutaan Besar yang karyanya memperlihatkan keunggulan ilmu pengetahuan yang kami miliki di Australia,” tutur Wakil Duta Besar Australia, David Engel, di Jakarta, Kamis (21/2/2013).

“Saya harap penelitian ini akan memberi sumbangsih pada pengembangan praktik pengelolaan luka yang semakin baik di Indonesia dan memperkukuh kerja sama penelitian dengan Australia.”

Penyembuhan luka dan jaringan sel yang berhasil masih merupakan salah satu tantangan klinis besar abad ke-21 mengingat perawatan dan pengelolaan luka menuntut biaya tinggi yang berdampak pada pasien, ekonomi dan masyarakat yang lebih luas.

Walaupun ada keperluan yang jelas akan perbaikan pendekatan pada diagnosa, perawatan, pengelolaan dan pencegahan luka, penelitian dalam penyembuhan luka dan jaringan sel,  secara relatif masih kurang berkembang dan belum menerapkan pendekatan-pendekatan bioteknologi modern dan biomaterial yang inovatif, atau praktik klinis berdasarkan-bukti.

Profesor Upton ternama secara internasional atas penelitiannya tentang dasar biologis penyembuhan luka. Sementara itu Professor Edwards memperoleh pengakuan internasional atas karyanya dalam bidang penuaan, penyakit kronis dan pengelolaan luka.

Secara bersama-sama, mereka baru-baru ini mendirikan Pusat Penelitian Kooperatif Inovasi Pengelolaan Luka senilai A$110 juta di Queensland University of Technology. Ini merupakan prakarsa penelitian luka terbesar secara global dan difokuskan pada pengembangan terapi, diagnosa dan intervensi klinis yang berbiaya-efektif. (msb)

Penulis : Martin Sihombing
Editor : Others
Sumber : Herry Suhendra
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro