Bisnis.com, JAKARTA - Listiyana Safi tri, 37 tahun, mulai memprediksi pengeluaran pada dua pekan sebelum Ramadan tiba. Cara ini dilakukannya untuk mengantisipasi kenaikan pengeluaran bulanan. Fitri, panggilan akrabnya, paham harga pangan kerap melonjak saat tiap bulan puasa.
“Soalnya, banyak panganan yang harus saya sediakan buat suami dan anak saat buka puasa,” katanya beberapa waktu lalu.
Fitri memiliki dua anak dan bekerja sebagai karyawan di sebuah sekolah inter nasional di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Fitri juga biasanya menyusun menu harian selama bulan puasa.
“Berpuasa itu jangan sampai melupakan gizi makanan. Dengan membuat daftar menu, saya bisa mengontrol gizi makanan dan pengeluaran yang harus saya siapkan,” kata Fitri.
Perkiraannya, pengeluaran untuk berbelanja pangan selama bulan Ramadan melonjak 50% dibandingkan dengan nilai belanja normal. Fitri juga membuat pos pengeluaran belanja makanan untuk Idulfitri. Untuk membiayai dua hal itu, Fitri mengalokasikan dana tunjangan hari raya (THR) miliknya dan suami.
Dwita Ariani, perencana keuangan independen dari Zelts Consulting mengatakan keluarga atau individu perlu merencanakan pengeluaran keuangan selama bulan Ramadan dan menjelang Idul Fitri. Pengeluaran di bulan puasa, biasanya menjadi berlebih dibandingkan dengan pengeluaran saat bulan lainnya. Malah, bisa jadi menimbulkan utang di sana-sini.
“Padahal, bulan Ramadan hendak mengajarkan manusia untuk menahan nafsu. Yang dibutuhkan itulah yang disediakan, tidak perlu berlebihan,” kata Dwita.
Dia memaparkan kenaikan harga bahan pangan ini harusnya sudah diantisipasi keluarga dan individu jauh-jauh hari sebelum Ramadan datang. Solusi paling mudah adalah membuat daftar menu makanan harian saat bulan puasa. Bagi orang-orang yang lapar mata, daftar belanja itu wajib dibuat.
KEBIASAAN YANG MUNCUL
Keluarga dan individu pun mesti mawas diri terhadap kebiasaan yang kerap muncul kala Ramadan tiba. Kebiasaan yang paling sering terjadi yakni berbuka puasa bersama kolega dan keluarga di luar rumah.
Dwita mengingatkan jika semua rencana buka puasa dituruti, tidak tertutup kemungkinan kantong jebol.
Hitung saja biaya yang harus dikeluarkan tiap kali berbuka puasa di restoran. Di Jakarta seseorang bisa habiskan minimal Rp50.000 untuk berbuka puasa di kedai makan atau restoran.
Tak hanya itu, Dwita juga menyarankan agar individu memisahkan pengeluaran yang diambil dari gaji bulanan dan dari THR. Misalnya, pengeluaran makan sehari-hari selama puasa diambil dari pos gaji bulanan. Sementara untuk belanja pangan Idul Fitri, pembayaran zakat atau membayar THR untuk pembantu, berasal dari pos THR.
Dia menyarankan lebih baik lagi bila individu dapat menekan pengeluaran, bahkan menyisihkan 10% sampai 30% dari THR untuk investasi. Atau, bisa untuk melunasi utang kartu kredit. “Jangan sampai uang THR habis buat bayar ini itu hingga zakat fi trah terbengkalai. Zakat fi trah tetap prioritas,” ucap Dwita.