Bisnis.com, JAKARTA— Penggunaan syal di kalangan pria menjadi tren terbilang baru di dalam negeri, tidak seperti di negara Eropa misalnya yang sudah terbiasa menggunakan belitan kain di leher itu untuk mengatasi dingin.
Kalangan eksekutif pria yang ingin menggunakan syal tersebut tentunya mesti memperhatikan jenis pekerjaan yang dilakukan.
“Pemakaian syal menjadi tren yang masih baru di Indonesia. Kalau di luar negeri pemakaiannya karena kondisi musim,” kata Perancang Busana Musa Widyatmodjo saat dihubungi melalui telepon genggamnya hari ini, Sabtu (27/7/2013).
Musa yang menjadi Penasehat Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mengatakan penggunaan syal diawali dengan kegemaran menggunakan scarf yang terbuat dari tenun atau batik.
Dari kain etnik yang terbelit di leher, ujarnya, kemudian berkembang menjadi berbagai jenis bahan untuk dikenakan sebagai selendang di kalangan pria.
“Awalnya populer menggunakan syal etnik [bagi kalangan pria]. Akhirnya banyak yang memakai aneka syal, terlebih dalam suasana puasa dan Idulfitri,” kata Musa.
Saat bekerja, Musa mengatakan bisa disesuaikan dengan tipe pekerjaan yang dilakukan.
Biasanya, tambah dia, yang menggunakan syal saat bekerja, adalah kalangan pria yang menggeluti bisnis di bidang industri kreatif, seperti yang berkaitan dengan hiburan, fashion, kecantikan, ritel.
“Banyak cara memakainya. Biasanya diselempangkan atau dililit di leher,” kata Musa.
Tips eksekutif pria yang ingin menggunakan syal:
- Sesuaikan dengan jenis dan kondisi pekerjaan
- Perhatikan ketebalan kain syal. Makin tebal syal biasanya lebih cocok digunakan untuk pria berbadan besar dan lehernya lebih tinggi. Kalau badan pendek, kesannya bisa ‘tenggelam’ jika menggunakan syal tebal
- Perhatikan panjang syal. Jika badan pendek juga menggunakan syal yang pendek juga
- Jika aktif bekerja, jangan sampai terganggu dengan posisi syal yang berubah-ubah
- Saat makan siang agar berhati-hati agar syal jangan sampai masuk ke mangkuk makanan, atau ada air makanan yang menetes di syal. (ltc)