Health

Anak Sering Mengumpat? Ini Tips Mengatasinya

Deliana Pradhita Sari
Sabtu, 3 Agustus 2013 - 11:30
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA---Anak tetangga rumah saya di Solo, Jawa Tengah kerapkali mengucapkan kata-kata yang relatif kasar.

Tentunya, dia mengucapkannya dalam bahasa jawa. Saya sering mendengarnya mengucapkan kara sokor kowe atau rasakno, yang secara umum berarti rasakan akibatnya.

Padahal anak itu baru duduk di bangku kelas VI sekolah dasar.

Umpatan itu sering dilontarkannya kepada kawan sebaya, anak yang lebih kecil atau bahkan yang lebih dewasa. Umpatan tersebut belum lagi ditambah dengan cangkemmu, yang secara umum berarti jaga mulutmu!

Suhartono, seorang pendidik di Jakarta, mengungkapkan, hal seperti itu juga sering terjadi kepada murid didiknya.

Menurutnya, anak-anak jaman sekarang merupakan generasi yang ekspresif, ingin mengemukakan pendapat pribadi mereka, pengen eksis dan menunjukkan jati diri mereka yang sebenarnya.

“Usaha untuk protes, berontak, menyangkal juga terlihat jelas,” tambahnya.

Pilihan kata-kata dan nada bicara terkadang tidak terkontrol.

Hal ini berbuah kepada ujaran tutur yang tidak sopan. Baik tidak sopan terhadap teman sejawat, kepada pihak yang lebih muda maupun terhadap kakak kelas bahkan guru.

Anak yang mempunyai habit bertutur tidak sopan biasanya apa yang keluar dari mulutnya diucapkan begitu saja dengan ringan, enteng dan tidak merasa bersalah sama sekali.

Contoh nyata ketidaksopanan dalam berujar, katanya, ucapan goblok lu yang disampaikan kepada teman.

Sekolah sebagai tempat sekunder yang berpartisipasi dalam mengontrol tumbuh kembang anak turut meminimalisasi ujaran tidak sopan pada anak dan tempat primer bagi anak belajar bertutur sopan adalah dari rumah.

Hal senada diungkapkan oleh Hardiyono, Kepala Asrama Rumah Ramah yang mengasuh anak yatim piatu dan dhuafa. Dia mengungkapkan rumah adalah tempat yang istimewa untuk membentuk karakter anak.

Anak-anak yang ditampung oleh Rumah Ramah berusia 7 hingga 15 tahun.  

Awalnya mereka sering bertutur tidak sopan kepada teman pergaulannya seperti mengucap bangsat, bangke, bego dan kata-kata kasar lain yang masuk dalam kategori tidak sopan.

Hal ini sering terjadi karena mereka tidak mendapat cukup perhatian dan pengertian yang baik dari keluarga.

“Ketika lagi bercanda, kesel, jengkel atau kesal, langsunglah keluar kata-kata tak sopan,” katanya. Namun dengan mereka ditampung di Rumah Ramah ini, mereka dididik berdasarkan nilai-nilai agama.

Perhatian dan Pengekangan

 Mira D Amir, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (LPTUI) menjelaskan definisi  kata-kata tidak sopan merujuk pada agresivitas verbal. Agresivitas verbal bisa berupa nada suara yang dilontarkan dengan berteriak, tidak mengucapkan terima kasih dan berucap kasar.

Pemicu utama dari anak yang bertutur tidak sopan adalah kecenderungan si anak di bully dalam keluarga sendiri.

Si anak sering ditekan, direndahkan oleh anggota keluarga seperti oleh mamanya, papanya, maupun saudara-saudara sekandungnya. Dengan kalimat seperti “payah lu”, “masa gitu aja gak bisa” dan kalimat-kalimat nyelekit lainnya.

Si anak secara emosi ternodai tertekan dan tidak nyaman di rumah sendiri yang seharusnya menjadi tempat si anak untuk berkeluh kesah dan merileksasikam diri.

Perilaku yang tidak menyenangkan dari keluarga dapat berbuah penyimpangan dalam bertutur bahkan berperilaku. Mereka biasanya melampiaskan hal-hal tersebut di lingkungan dimana mereka merasa lebih diterima.

Menurut mira, ketika si anak mulai bertutur kurang sopan, orang tua seyogyanya me re-phrase omongan-omongan anak.

Orang tua harus langsung mengoreksi apa yang anak sampaikan dengan pilihan kata yag tepat, nada yang enak agar terkesan tidak menyudutkan.

“Anak-anak memiliki perasaan yang sangat sensitif, jadi orang tua harus menyesuaikan suasana hati anak,” ungkap Mira kepada Bisnis.

Tak hanya itu, kata Mira, hdal yangapat  dilakukan orang tua selanjutnya adalah menyempatkan sesi diskusi dengan anak terkait lingkungannya.  

Dia menyarankan anak dapat memilih sendiri lingkungannya, namun orang tua telah memberitahukan mana yang baik dan tidak.  

"Orang tua hendaknya menghindari kalimat-kalimat instruktif dengan nada menekan supaya anak tidak memberontak dan tidak merasa dikekang," katanya. 

 

 

Editor : Rustam Agus
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro