Bisnis.com, PADANG— Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sumatra Barat mencatat rata-rata okupansi hotel di daerah tersebut sepanjang 2013 mencapai 65%, atau penambahan sekitar 5% dari tahun sebelumnya.
Maulana Yusran, Ketua PHRI Sumbar, mengatakan jika melihat okupansi tiap tahunnya, angka 65% masih terbilang rendah jika dibandingkan periode antara 2009 hingga 2010 yang pernah mencatatkan angka melebihi 70%. Tetapi angka itu katanya sepadan dengan pertumbuhan hotel yang melebihi 100% dalam tiga tahun terakhir.
“Secara umum, tingkat okupansi hotel masih terhitung baik. Tetapi marketnya perlu ditingkatkan. Karena jumlah hotel terus tumbuh hingga lebih dari 100%, sementara pasarnya tidak bertambah,” katanya kepada Bisnis, (19/12/2013).
Menurutnya, agar okupansi tetap terjaga industri perhotelan dan pemerintah daerah harus bersinergi mendongkrak kunjungan ke Sumbar. Apalagi saat ini Sumbar sudah ditetapkan sebagai salah satu destinasi MICE (meeting,iIncentive, convention, and exhibition) dari 16 daerah yang ditetapkan pemerintah.
“Industri hotel dan pemerintah daerah mesti bersinergi untuk menggarap MICE. Promosi ke luar harus ditingkatkan. Soal infrastruktur hotel Sumbar sudah lengkap. Sudah ada hotel dengan ballroom besar, sebentar lagi juga sudah ada Minangkabau Internasional Convention Center yang bisa menampung 4.000 orang,” ujarnya.
Saat ini di Sumbar terdapat lebih dari 100 buah hotel, dan 80 diantaranya sudah tergabung dalam PHRI. Hotel-hotel tersebut tersebar di Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Payakumbuh, dan Sawahlunto.
Secara keseluruhan jumlah kamar melebihi 4.500 kamar dan potensial bertambah mengingat masih banyaknya pembangunan hotel baru terutama di Padang dan Bukittinggi.
“Sampai beberapa tahun ke depan, potensi pertumbuhan hotel masih sangat besar di Sumbar, terutama untuk destinasi baru seperti Sawahlunto, Pariaman, dan Agam. Tetapi daerah perlu mengoptimalkan MICE agar okupansi terjaga,” katanya.