Bisnis.com, JAKARTA-- Studi yang dilakukan pada sepuluh rumah sakit menunjukkan, infeksi berkaitan dengan pelayanan kesehatan berada di angka 6% - 16% dengan rata-rata 9,8%. Penelitian yang dilakukan di sejumlah rumah sakit di Jakarta itu menunjukkan 19,8% pasien rawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat.
Direktur Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, dokter Hananto Andrianto menjelaskan, HAIs merupakan infeksi yang terjadi pada seorang pasien selama proses rawat di rumah sakit dan berkembang pada masa perawatan.
”Rumah sakit merupakan breeding ground atau tempat berkembang biaknya kuman. Terdapat setidaknya tiga cara transmisi penularan kuman di rumah sakit,” katanya pada simposium ilmiah tentang Akreditasi Rumah Sakit Tentang Pengendalian Infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan, pekan lalu.
Pertama, adalah melalui interaksi langsung atau tidak langsung yang terjadi di rumah sakit antara petugas medis kepada pasien. Selain itu, juga pada pasien satu kepada pasien lainnya atau pasien kepada orang yang berkunjung.
Kedua, adalah penularan melalui udara seperti bersin, batuk dan berbicara. Kontak jarak dekat 60 cm -1 m akan memudahkan transmisi tersebut.
Ketiga, melalui inhalasi yakni melibatkan bakteri berukuran 55 mm yang dapat bertahan hidup di udara dalam jangka waktu panjang dan berpindah dengan jarak yang jauh.
”HAIs merupakan masalah serius pada pelayanan kesehatan. Infeksi ini adalah momok yang luar bisa yang memakan biaya pengendalian hingga Rp200 juta,” tambahnya.
Ketua Umum Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) dokter Sutopo memaparkan HAIs akan menyebabkan penderitaan tambahan bagi pasien. Yaitu, menambah rawat inap hingga menyebabkan cacat jangka panjang. ”Kuman yang paling banyak ada di rumah sakit adalah yang berkaitan dengan penyakit infeksi menular seperti diare, ISPA dan kulit,” katanya.