Bisnis.com, JAKARTA--Informasi yang berkembang di masyarakat tentang minuman bersoda kini beraneka ragam.
Di satu sisi ada informasi yang menganggap minuman bersoda itu menyegarkan apalagi jika dikonsumsi dalam keadaan dingin. Namun di sisi yang lain minuman bersoda dianggap racun yang menyebabkan berbagai macam penyakit.
Survei yang dilakukan Tim SEAFEST center Institut Pertanian Bogor kepada beberapa wartawan lewat pertanyaan “Apa efek dari minuman bersoda” memberikan jawaban rupa-rupa.
Para wartawan menganggap minuman bersoda dapat menyebabkan obesitas, perut buncit, perut kembung, maag, diabetes dan sariawan. Jawaban tersebut dianggap mewakili informasi yang simpang siur di masyarakat luas tentang minuman bersoda.
Apa sih sebenarnya minuman bersoda itu? Untuk apa diciptakan minuman bersoda dan apakah ada bahayanya bagi kesehatan?
Minuman bersoda atau istilah ilmiahnya disebut dengan minuman karbonasi merupakan proses dimasukannya karbon dioksida (CO2) dalam cairan dengan tekanan yang tinggi.
Sifat gas CO2 tersebut terikat dengan cairan tetapi tidak permanen. Hal ini berakibat adanya gelembung-gelembung udara dalam cairan. Jika tutup botol berisi cairan tersebut dibuka, akan timbul suara letupan.
Ahli Gizi Industri Pangan Institut Pertanian Bogor Made Astawan mengatakan karbon dioksida yang digunakan pada proses karbonasi minuman pada dasarnya sama dengan gas alam yang dikeluarkan saat bernafas dan dihirup tanaman saat proses respirasi.
“Gas dari alam yang membentuk sistem kerja tubuh, jika kembali ke dalam tubuh itu tidak berbahaya dan tidak ada kekhawatiran risiko mengenai penambahan CO2 dalam makanan dan minuman,” katanya pada acara Kupas Fakta Tentang Karbonasi Dalam Minuman di kawasan Plaza Sentral, Jakarta awal bulan ini.
Made menambahkan minuman karbonasi mulai dikomersialiasasikan sejak 1830. Minuman karbonasi dibuat untuk hiburan dan memberikan sensasi berbeda pada minuman.
“Minuman karbonasi diciptakan berkat keisengan manusia pada saai itu. Mereka menganggap aktivitas minum adalah sebuah hiburan dan rekreasi,” ujarnya.
Selain itu, tambahnya, minuman berkarbonasi juga memiliki fungsi hidrasi. Fungsi ini berupaya untuk mencegah dehidrasi dan menambah asupan cairan.
Namun Made menyayangkan atas vonis yang dijatukan mayarakat terhadap minuman karbonasi dan efek-efek bahaya lainnya.
Dokter Ahli Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM Ari Fahrial Syam mengatakan minuman sensasi krenyes atau menggigit di lidah tersebut tidak ada kaitannya dengan masalah yang disebut sebagai penyebab obesitas.
“Obesitas, diabetes, penyakit lambung dan penyakit mulut dan gigi bukan disebabkan karbonasi dalam minuman. Hal tersebut bisa disebakan oleh kandungan gula tambahan yang terkandung dalam minuman botol atau kemasan,” katanya pada acara serupa.
Minuman soda yang tidak berasa, tambah Ari, yang merupakan bahan campuran untuk minuman soda gembira, itu aman dikonsumsi. Belum adanya tambahan kandungan macam-macam.
“Minuman soda seperti itu malah bagus untuk kesehatan lambung dan usus untuk melancarkan buang air besar (BAB),” tuturnya.
Tidak perlu takut gemuk atau perut buncit setelah mengonsumsi minuman karbonasi. Satu botol tanggung minuman bersoda mengandung 110 kilo kalori/200 ml.
Sedangkan yogurt dalam ukuran sama mengandung kalori 210 kilo kalori/200 ml.
Hal ini dikarenakan kandungan susu dalam yogurt yang berkontribusi menambah kalori dalam tubuh.
“Jika mau sehat, baca label bahan dan kandungan gizi dalam minuman botol atau kemasan,” jelasnya.
Menurut Ari, jika banyak gulanya dan dikonsumsi dalam jumlah berlebihan dalam satu hari, hal itu yang berdampak obesitas, diabetes, atau sakit gigi dan kerongkongan.
“Selama dikonsumsi dalam jumlah wajar, ya tidak masalah,” tambahnya.