Bisnis.com, JAKARTA -- WHO merilis dalam Global Health Risk, kurangnya latihan fisik atau physical inactivity berada dalam peringkat ke-4 teratas penyebab kematian setelah hipertensi, diabetes dan merokok.
Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menyebutkan hampir separuh dari penduduk Indonesia yaitu 42% kelompok usia di atas 10 tahun tergolong memiliki perilaku sendentari (kurang beraktifitas fisik).
Untuk meminimalisasi kematian karena kurangnya latihan fisik, Perhimpunan Dokter Spesialis Olahraga (PDSKO) dan Coca Cola mengkampanyekan Exercise is Medicine (EIM).
Latihan fisik sebagai obat tersebut memang terbukti valid secara ilmiah. Kondisi di banyak negara memperlihatkan bahwa saat ini tengah terjadi penurunan tingkat aktivitas fisik masyarakat yang cukup signifikan di seluruh dunia.
Selain melatih para dokter untuk meresepkan latihan fisik pada pasien, EIM ini juga konsentrasi terhadap edukasi publik dan perbaikan ruang gerak publik.
EIM telah mereparasi 6 taman, antara lain Taman Tebet, Taman Proklamasi, Taman Gandaria dan tiga taman lainnya di ibu kota.
Taman tersebut diharapkan menjadi tempat latihan fisik atau olahraga bagi para masyarakat.
“Yang dimaksud dengan latihan fisik atau olahraga ini bukanlah olahraga yang harus punya skill dan intensitas tinggi,” kata Ketua Nasional Indoseia SeGar (Sehat dan Bugar) dokter Inggriani Husen pada peluncuran EIM di Hotel Sultan belum lama ini.
Dia menambahkan latihan fisik adalah gerakan yang ringan-ringan saja asal bergerak aktif dan mengeluarkan keringat.
“Namun bagi metode pengobatan pasien, latihan fisik tidak begitu saja dilakukan asal gerak, harus ada dosisnya sebagaimana obat,” ujarnya.
Misal untuk penderita diabetes latihan fisiknya adalah olahraga yang bersifat aerobik dan angkat beban. Untuk penderita penyakit kronik juga ada batasannya untuk latihan fisik.
Bagi pasien berusia lanjut atau 50 tahu ke atas, metode EIM-nya berupa jalan kaki atau jalan di tempat dan melatih keseimbangan.