Bisnis.com, JAKARTA -- Auditorium Galeri Indonesia Kaya telah berisi penonton, sore itu. Beberapa diantaranya sudah menatap ke arah panggung menunggu pertunjukan dimulai. Mereka sedang menunggu penampilan wayang dengan tampilan yang berbeda.
Wayang merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Indonesia. Pihak UNESCO pun sudah menetapkan wayang sebagai warisan budaya Indonesia dengan kategori Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Ada beberapa jenis wayang yang tersohor di Indonesia seperti wayang kulit dan wayang orang.
Namun yang ditampilkan di Galeri Indonesia Kaya berbeda dengan kedua wayang tersebut. Mereka menampilkan wayang listrik. Kebudayaan Indonesia yang beragam ini dikemas menjadi suatu penampilan yang unik dengan banyak unsur visual. Menggabungkan wayang kulit dan wayang orang dengan permainan visual yang tak kalah menarik.
Banyak jenis wayang yang dikenal di berbagai daerah di Indonesia, dan wayang listrik merupakan konsep baru dalam perwayangan yang menampilkan pertunjukan yang artistik dan modern namun kaya dengan cerita tradisional, tutur Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Wayang listrik ini dimainkan oleh Sanggar Paripurna-UNIMA Indonesia dengan mengambil kisah rakyat Bali yakni Penculikan Dewi Sita. Kisah ini merupakan salah satu penggalan kisah Ramayana.
Cerita ini bermula pada adegan Dewa Rama, putra mahkota kerjaan Ayodya yang meninggalkan kekayaan dan kemewahan hidupnya. Dewa Rama mengasingkan diri ke hutan bersama istrinya, Dewi Sita, adiknya, Lesmana dan ajudan setianya.
Pengasingan ini Rama lakukan untuk menghindari perpecahan keluarga dan pertumpahan darah di dalam kerajaan. Cobaan tidak berhenti disitu saja.
Rahwana memberikan perintah kepada Marica, mahapatihnya untuk berubah wujud menjadi seekor kijang emas. Kijang emas ini menarik perhatian Sita di dalam hutan dan membuat Rama berusaha menangkap binatang tersebut.
Sita yang sedang sendiri dimanfaatkan oleh Rahwana untuk menculik dan membawa Sita ke Kerajaan Alengka. Penculikan tersebut membuat Rama, Lesmana, Hanoman dan para abdinya mencari Sita hingga ke Alengka.
Namun, perjalanan tersebut tidak mudah. Banyak yang rintangan yang harus ditemui oleh Rama dan pasukannya. Pertempuran pun tak dapat dihindari, dengan bantuan Hanoman, Rama berperang melawan Rahwana.
Pertunjukkan wayang listrik ini dibawakan dengan menarik oleh Sanggar Paripurna-UNIMA Indonesia. Sebanyak 15 orang yang berada dalam asuhan I Made Sedia, seniman asal Gianyar, Bali ini turut serta dalam pertunjukkan yang kaya akan unsur visual.
Kami sangat senang diberikan tempat untuk mengenalkan wayang listrik ini kepada masyarakat. Semoga dengan pertunjukan yang penuh dengan unsur eksperimen dapat menampilan tontonan baru yang segar dan menumbuhkan kecintaan masyarakat terhadap budaya Indonesia yang beragam jenisnya, tutur I Made Sedia, Ketua Sanggar Paripurna.