Bisnis.com, JAKARTA - Pakar Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edy Rizal Wachyudi menyarankan masyarakat melakukan vaksinasi utuk mencegah risiko terkena herpes zoster (HZ) di usia lanjut.
"Kami menyarankan untuk vaksinasi karena terbukti efektif dan ekonomis" kata Edy dalam seminar yang bertajuk "Lansia Berpotensi Menderita Luar Biasa Akibat Nyeri Pasca Herpes Cegah dari Sekarang" di Jakarta, Selasa (30/9/2014).
Dia mengatakan karena HZ ditimbulkan oleh virus maka cara yang tepat untuk mencegah risiko penyakit tersebut yakni dengan vaksinasi.
Edy menjelaskan HZ disebabkan adanya serangan virus varisela pada saat usia muda yang menimbulkan cacar air.
Virus tersebut mengalami fase "tidur" dalam beberapa tahun, kemudian "bangun" kembali pada usia lanjut seiring menurunnya imunitas.
"Nah sekarang bagaimana supaya tidak bangun, salah satunya dengan vaksin agar yang menurun ini (imunitas) tidak sampai curam," katanya.
Dia mengatakan vaksinasi dilakukan pada saat tubuh fit dan optimal sesuai saran dokter.
"Keputusannya ada di tangan dokter, dia yang akan mengevaluasi kondisi tubuh pasien siap untuk divaksinasi atau tidak," katanya.
Edy mengatakan vaksin yang bernama "zostavax" itu menurut penelitian hanya bisa dilakukan sekali seumur hidup dengan biaya sekitar Rp1,8 juta.
"Kalau dibandingkan dengan risiko kesakitan yang luar biasa dengan pengobatan seumur hidup, vaksinasi itu cukup ekonomis," katanya.
Dia menilai seharusnya vaksinasi HZ difasilitasi oleh pemerintah di puskesmas-puskemas dengan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan karena penyakit tersebut tidak mengenal status ekonomi seseorang.
Namun, Edy mengatakan vaksinasi tersebut tidak direkomendasikan pada usia muda karena daya tahan tubuh masih cukup tinggi.
Untuk itu, lanjut dia, penecegahan dini bisa dengan memperbaiki gaya hidup dengan olahraga dan pola makan sehat.
"Bicara imunitas, pasti terkait dengan gaya hidup," katanya.
Edy mengatakan faktor risiko selain lansia adalah wanita, distribusi daerah oftalmik (mata), adanya ansietas, depresi, kurang kepuasan hidup serta diabetes.
Dia menambahkan HZ bisa memengaruhi penurunan kualitas hidup yang terjadi pada fisik dan psikologis. Gangguan pada fisik, di antaranya keterbatasan gerak, susah tidur, penurunan nafsu makan dan berat badan.
Oleh karena itu, banyak penderita penyakit ini yang terserang depresi karena tidak kuat menahan rasa sakit dan terbatasanya gerak fisik.
Pada aspek psikologis, di antaranya dapat menimbulkan depresi, gelisah, tekanan emosional, susah berkonsentrasi, sehingga pada akhirnya mempengaruhi aktivitas sehari-hari.
"Sehingga menjadi kurang percaya diri, perubahan peran sosial dan penurunan aktivitas sosial," katanya.