Bisnis.com, JAKARTA - "Karena ku yakin kita tak mungkin bersama. Setidaknya aku telah menjagamu cinta. Namun ku berharap kita kan selalu bersama, Ingatlah aku pernah menjagamu cinta".
Refrain dari lagu bertajuk Penjaga Cinta yang mengisahkan tentang cinta secara universal ini belakangan sering terdengar di sejumlah stasiun radio di Kota Depok dan sekitarnya.
Lagu karya Sinyo IMJ, yang merupakan satu dari 10 lagu kompilasi yang terdapat dalam album Kalahkan Hari Ini, produksi Institut Musik Jalanan (IMJ) tersebut, ternyata mampu diterima dengan sangat baik oleh para penikmat musik Tanah Air.
Bahkan, sejak peluncuran album perdananya tiga bulan silam hingga saat ini telah terjual hampir 1000 keping.
Sebuah pencapaian yang cukup membanggakan di tengah semakin ketatnya persaingan di industri musik modern saat ini, yang didominasi perusahaan rekaman besar dan ternama.
Semakin terdengar dan dikenalnya karya Sinyo IMJ beserta kawan-kawannya itu, tak lepas dari lahirnya sebuah Institut Musik Jalanan (IMJ) yang digawangi oleh tiga orang pemuda inspiratif, yakni Andi Malewa, Iksan Skuter dan juga Frysto Gurning.
"Pemikiran melahirkan IMJ berawal ketika pada 2012, Pemerintah Kota Depok mengeluarkan Peraturan Daerah (Perda) No.16/2012 Tentang Pembinaan Ketertiban Umum, di mana salah satu pasalnya berisi larangan memberikan uang kepada pengemis dan pengamen," tutur Andi Malewa, ketika ditemui Bisnis di IMJ Depok belum lama ini.
Menurut pemuda idealis yang dibesarkan oleh kerasnya jalanan itu, kelahiran Perda Kota Depok tersebut tentu menjadi ancaman nyata bahwa ruang ekspresi yang tersedia bagi kawan-kawannya para musisi jalanan makin dipersempit.
"Perda ini tentu mempersempit ruang para musisi jalanan. Padahal di sana juga ada mata pencaharian, ada sebuah semangat kebanggaan ketika karyanya bisa didengarkan dan diapresiasi," tuturnya.
Kemudian, ketika sudah berusaha meminta pemerintah untuk meninjau ulang perda tersebut namun tidak berhasil, muncullah ide untuk melakukan sebuah perlawanan secara elegan.
"Ditengah perkembangan teknologi yang semakin dinamis, muncul ide untuk merekam karya cipta kami dalam sebuah compact disc hingga bisa diedarkan kepada masyarakat," ujarnya.
Namun demikian, Andi dan kawan-kawannya tidak serta merta asal merekam, mereka pun mempersiapkan semuanya dengan sangat matang, baik mulai dari sisi produksi termasuk rekaman, mixing, sampai pada sistem distribusinya.
Hingga, pada akhirnya, keinginan mereka untuk membangun sebuah ruang ekspresi bagi para musisi jalanan itu semakin kuat, ketika pada awal 2014 menemukan tanah kosong di Jalan Arif Rahman Hakim, Beji, Depok, Jawa Barat yang dapat mereka dirikan bangunan IMJ.
"Dengan dana pribadi, kami bertiga menyewa selama 3 tahun dan mulai membangun gedung untuk dijadikan IMJ beserta alat kelengkapannya, termasuk studio rekaman. Hingga akhirnya 17 Agustus 2014, IMJ resmi berdiri," tuturnya mengisahkan.
Selama proses perjalanan pendirian IMJ itu, Andi memanfaatkan jaringannya sesama musisi jalanan untuk mengumpulkan teman-temannya beserta karya-karyanya untuk diseleksi.
Seleksi ini dilakukan karena tidak jarang pula terdapat pengamen jalanan yang sebenarnya preman. Jadi, untuk menghindari niat baik gerakan sosial ini salah sasaran, perlu dilakukan penyaringan.
Setelah tersaring, mereka pun diajak rekaman bersama-sama tanpa dipungut biaya sepeser pun, hingga akhirnya lahirlah abum perdana berjudul Kalahkan Hari Ini, yang berisi 10 lagu kompilasi dari para musisi jalanan berbagai daerah.
Promosi dan penjualannya pun juga memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, seperti SoundCloud, Youtube, Sosial Media (Facebook, Twwitter, dll), serta direct selling alias penjualan langsung.
"Penjualan langsung dilakukan saat mereka mengamen. Jadi, sambil mengamen, mereka juga membawa CD dan menawarkan album karya mereka dengan harga Rp10.000 - Rp15.000," ujarnya.
Ternyata, sambutan masyarakat luar biasa. Tidak jarang dari hasil jualan CD tersebut, para musisi jalanan ini juga mendapatkan panggilan mengisi berbagai acara, hingga diperdengarkan di stasiun-stasiun radio yang membuat mereka semakin dikenal dan mendapatkan rezeki tambahan dari sana.
Selain itu, penjualan album IMJ juga dilakukan melalui unit usaha cafe milik IMJ bernama Kedai Ekspresi, namun dengan banderol lebih mahal, yakni Rp20.000/keping. Perbedaan ini lantaran Kedai Ekpresi mengemban tugas sebagai unit usaha dari IMJ agar bisa terus beroperasi.
Unit usaha lain pendukung biaya operasional IMJ, selain Kedai Ekspresi adalah Distro IMJ yang menjual kaos dan pernak-pernik IMJ.
Mereka pun belum puas dengan itu. Rencana terdekat, mereka juga sedang merancang untuk menggelar roadshow keliling ke kantong-kantong tempat nongkrong musisi jalanan di berbagai kota.
Mereka ingin berbagi ilmu melalui semacam workshop recording dan lainnya, agar apa yang telah IMJ mulai dapat menyebar dan dilakukan juga oleh musisi jalanan lainnya.
"Kami ingin menjadi virus. Meski ruang yang ada dipersempit oleh pemerintah dengan perda. Tetapi jangan kalah dengan itu. Harus bisa menciptakan ruang baru yang justru lebih luas lagi kapasitas dan jangkauannya," tutur Andi.
Melalui gerakan sosial yang konsen di bidang seni musik ini, pihaknya ingin menjaring dan memberikan fasilitas recording hingga tahap promosi kepada para musisi jalanan yang ada di Indonesia untuk terus berkarya.
"Jangan bayangkan IMJ seperti lembaga pendidikan formal, bukan. Di IMJ juga terdapat proses pembelajaran, tetapi lebih pada pembekalan, seperti workshop musik dari musisi terkenal, dan lainnya," tutur Iksan Skuter.
Proses pembelajaran yang dilakukan IMJ kepada musisi jalanan agar mereka mengetahui tentang seluk beluk industri musik, dari produksi hingga promosi dan lain sebagainya.
Berbekal pengalaman Iksan yang sempat merasakan manis pahit industri musik major label di Tanah Air, dirinya ingin memaksimalkan potensi para musisi jalanan yang masih membutuhkan 'polesan'.
Karena, lanjutnya, kalau tidak dimaksimalkan, akan sangat sangat disayangkan. Mereka harus mendapatkan wadah yang tepat, karena dengan lahirnya perda larangan itu, sebenarny disadari atau tidak, pemerintah justru telah melahirkan bibit-bibit kriminal baru dijalanan.
"Dan kami di sini hanya mencoba menjaga 'api' (semangat) dari para musisi jalanan yang serius berkreasi dan menggantungkan hidupnya di sana agar tetap menyala," tutupnya
Musik
Institut Musik Jalanan, Sebuah Perlawanan Elegan Musisi Jalanan
Penulis : Puput Ady Sukarno
Editor : Martin Sihombing