Bisnis.com, JAKARTA -- Memiliki anak tentunya menjadi impian semua pasangan suami istri. Sayangnya, gaya hidup tidak sehat di kota-kota besar turut mempengaruhi fertilitas para calon orang tua tersebut. Saat ini diperkirakan 3 juta pasangan di Indonesia kesulitan memiliki anak.
Seiring dengan perkembangan zaman, adanya teknologi seperti bayi tabung kini dapat membantu pasangan yang kurang subur untuk memperoleh momongan.
Namun, meski kehadiran program kesuburan yang dikenal sebagai Invitro Fertilization (IMF) ini telah cukup baik diterima masyarakat, tetapi masih banyaknya kendala yang dihadapi menyebabkan angka keberhasilannya belum optimal, masih sekitar 40%.
Hal ini karena sekitar 80% telur yang diproduksi manusia bersifat aneuploidy yang berarti memiliki kelainan pada kromosom yang berdampak pada kegagalan kehamilan atau keguguran.
Untungnya, kini telah hadir teknologi terbaru dalam program bayi tabung yang bernama Pre Implantation Genetic Screening (PGS).
Klinik Morula IMF yang merupakan unit usaha RSU Bunda Jakarta mengadopsi teknologi kesehatan ini dari lembaga Reproductive Health Science Ltd. Australia dan akan siap melayani masyarakat mulai April tahun ini.
Menurut Direktur Pengembangan Produk dan Teknologi PT BundaMedik Healthcare System Ivan R. Sini, tujuan program PGS ini adalah meningkatkan angka implantasi (penempelan embrio pada rahim) sehingga dapat menurunkan angka keguguran sekaligus meningkatkan angka kelahiran bayi hidup.
Hasil penelitian Randomized Control Trial (RCT) menunjukkan pemeriksaan PGS dapat meningkatkan angka implantasi dan kehamilan dari 42% menjadi 70%.
Dengan adanya teknologi ini tentunya akan semakin membantu para dokter kandungan untuk mengetahui apakah ada kelainan kromosom pada embrio pasien yang akan ditanamkan, ujarnya.
Dia juga mengemukakan deteksi dini kelainan kromosom tersebut dapat memperkecil risiko terlahirnya bayi-bayi pengidap penyakit yang diakibatkan kelainan kromosom seperti down syndrome sehingga dapat mencetak kelahiran bayi tabung yang sehat dan normal.
Selama ini, cara yang berlaku umum di laboratorium embryologi dalam menentukan embrio terbaik adalah dengan menganalisa bentuk/morfologi embrio.
Dengan cara ini, embrio yang telah dianalisa diberi kategori good atau excellent tergantung pada tingkat kemungkinan keberhasilan implantasinya.
Sayangnya, cara ini dianggap kurang efektif dan menjamin keberhasilan program bayi tabung,karena bahkan embrio yang dikategorikan good atau excellent yang dimaksud hanya mempunyai tingkat kemungkinan implantasi 30% - 40%.
Setelah itu, pasien masih dihadapi dengan kemungkinan terjadinya keguguran, kematian bayi atau kelahiran bayi dengan kelainan kromosom.
Dengan kata lain, program PGS membantu memberikan kepastian embryo yang sehat dengan melakukan screening terhadap 26 kromosom yang terdapat dalam sel calon embryo yang telah dibuahi di laboratorium. Biasanya dari 10 embrio, dokter akan menentukan satu embrio paling sehat untuk diimplantasikan ke tubuh calon ibu.
Selain itu, program PGS ini juga dapat memiliki beberapa manfaat lain. Manfaat tersebut antara lain memberikan informasi mengenai jenis kelamin bayi, mengurangi risiko keguguran, menghindari bayi kembar yang kerap terjadi dalam program bayi tabung, dan memberikan opsi untuk membekukan embrio yang sehat untuk dipakai kembali jika pasien berniat melakukan program bayi tabung lagi di masa yang akan datang.
Setiap tahunnya, pasien program bayi tabung terus meningkat. Pada tahun 2011, terdapat 2280 pasien program bayi tabung di seluruh Indonesia.
Jumlah tersebut meningkat menjadi 3.500 pasien pada 2013. Adapun klinik Morula IMF sendiri telah menangani 1.100 pasien pada 2014. Jumlah tersebut diperkirakan terus meningkat setelah adanya teknologi PGS ini.
