Bisnis.com, JAKARTA – Bisnis yang dilakukan dari hati, atas dorongan passion, biasanya akan lebih maju karena dilakukan sepenuh hati. Hal itulah yang dialami produsen perhiasan replika buatan tangan Manjusha Nusantara.
Dengan modal awal sekitar Rp5 juta, usaha yang didirikan sejak 2011 ini terus berkembang hingga meraih omset ratusan juta rupiah setiap bulan.
Menurut salah satu pendiri Manjusha, Ria W. Glenn, awalnya usaha ini didirikan karena dia dan tiga temannya yakni Terry Wijaya Supit, Yasmin Wiryawan, dan Ina Symonds memiliki hobi yang sama terhadap perhiasan etnik.
Kegemaran berburu perhiasan etnik yang unik pun membuat mereka memanfaatkan hal ini sebagai peluang bisnis.
“Manjusha berasal dari bahasa Sanskrit yang artinya kotak perhiasan. Jadi misinya kami tidak hanya berjualan, melainkan juga memperkenalkan perhiasan Indonesia kepada masyarakat luas,” ujarnya kepada Bisnis.com, Sabtu (07/02/2015).
Dia menambahkan, usahanya juga merupakan pelestarian terhadap warisan budaya bangsa, sebab perhiasan telah menjadi ikon penanda peradaban.
Adapun model perhiasan yang mereka jual merupakan hasil interpretasi terhadap model perhiasan kuno dari berbagai daerah di Indonesia, antara lain Aceh, Palembang, Madura, Batak, dan lain sebagainya.
Salah satu model perhiasan tertua yang pernah mereka duplikasi antara lain perhiasan Kerajaan Kalingga Jawa Tengah pada abad 6 Masehi.
Material yang mereka gunakan untuk membuat produk ini biasanya tembaga, perak, nikel, dengan menggunakan emas dalam proses penyepuhannya.
Produknya pun terdiri dari beragam jenis perhiasan, seperti kalung, gelang, anting, cincin, pending atau ikat pinggang, hingga tusuk konde.
Harga yang ditawarkan berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp7 juta, sudah termasuk biaya perawatan.
Anda bisa menemukan perhiasan ini di gerai yang terdapat di Kemang seperti Hadiprana dan Dia.Lo.Gue Artspace dan pusat perbelanjaan di Jakarta.
