Kacamata dengan bingkai berbahan kayu/Bisnis.com/Nenden Sekar Arum
Fashion

Bingkai Kacamata Kayu dari Jepara Populer di Singapura

Nenden Sekar Arum
Selasa, 7 April 2015 - 12:26
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA-- Berbagai inovasi dalam dunia fashion dewasa ini terus bermunculan, salah satunya penggunaan kayu sebagai material pembuat bingkai kacamata. Karena ide yang unik dan kreativitas tanpa batas, produk ini pun dibanderol dengan harga jutaan.

Tren bingkai kacamata berbahan kayu tersebut mulai terasa dalam satu hingga dua tahun terakhir. Beberapa produsen pun mulai bermunculan dan menawarkan produk dengan keunikan dan kelebihan masing-masing.

Ada yang membuat bingkai kacamata dengan desain khusus sesuai permintaan konsumen, ada juga yang membuat produk eksklusif dan dijual terbatas di beberapa marketplace online.

Salah satu pelopor pembuatan bingkai kacamata kayu adalah Nur Anreza dengan produk bermerek Taru Wood sejak 2013. Pria yang disapa Reza tersebut memproduksi bingkai kacamata dengan memanfaatkan limbah kayu jati.

Ide tersebut muncul karena Reza dan tiga orang temannya yang bekerja di sebuah toko ritel yang menjual produk impor. Dia melihat, produk-produk yang dijual di tempat tersebut sebenarnya bukan produk dengan merek yang terkenal, tetapi bisa dibanderol dengan harga tinggi karena berkesan eksklusif.

“Dari situ saya melihat ada peluang untuk produk-produk dengan brand premium di Indonesia. Meskipun harganya mahal, masih ada pasar yang bisa menyerap produknya,” katanya.

Keempat pria itu pun sepakat untuk memilih kacamata sebagai produk perdananya, pasalnya mereka merupakan pengguna kacamata dan merasa akan lebih mudah untuk mengulik produknya.

Ide bingkai kacamata dari kayu itu kemudian muncul karena dua orang dari timnya tersebut berasal dari Jepara yang terkenal oleh kerajinan ukiran kayu.

Mereka mencoba untuk membuat konsep kacamata berbahan kayu tersebut, dan membawanya ke salah satu perajin di Jepara untuk dibuatkan contohnya.

“Awalnya, malah ditertawakan para perajin dan menganggap kami cuma main-main, karena selama ini belum pernah ada yang mencoba membuat bingkai kacamata,” katanya.

Misi

Taru juga sengaja menggunakan bahan baku kayu limbah sisa pembuatan furniture. Selain menggunakan bahan baku dengan kualitas yang sudah terjamin, Reza juga membawa misi ramah lingkungan untuk mendaur ulang kayu yang sudah tidak digunakan.

Setelah produk contoh jadi, Reza pun mulai memasarkan produknya melalui akun Instagram @taruwood. Respons awalnya memang tidak sebaik yang diharapkan. Dalam dua bulan, mereka hanya menjual sekitar 4 buah kacamata.

Tak disangka, ada beberapa konsumen dari luar negeri yang tertarik dengan produk uniknya. Permintaannya pun cukup tinggi, dan Reza pun mulai bekerja sama dengan seorang reseller di Singapura.

“Akhirnya kami putuskan untuk memasarkannya di Singapura. Setelah trennya mulai terasa, karena banyak orang Indonesia yang berbelanja di Singapura, akhirnya kami mulai lagi untuk memasarkannya di dalam negeri,” katanya.

Tak bisa dipungkiri, strategi seperti itu dijalankan karena apresiasi masyarakat Indonesia terhadap produk dalam negeri memang masing kurang, dan cenderung lebih menyukai produk impor. Sehingga saat produknya cukup booming di Singapura, akhirnya mulai diminati di Tanah Air.

Sekarang, dalam sebulan Taru bisa menjual hingga 150 bingkai kacamata, dengan harga per buahnya sekitar Rp1 juta hingga Rp1,5 juta. Produknya tersebut dijual ke beberapa peritel yang tersebar di Singapura dan Jakarta, juga akan segera dipasarkan di Jerman, Bali dan Surabaya.

Reza mengatakan hingga saat ini jumlah kacamata yang diproduksi disesuaikan dengan jumlah pesanan peritel, serta beberapa unit untuk dijual secara online melalui media sosial dan website taruwood.com.

“Permintaannya cenderung terus tumbuh, hal ini menunjukkan pasar yang mulai muncul dan peluang yang semakin besar,” katanya.

Hingga saat ini, Taru hanya memproduksi tiga desain frame kacamata yang diberi nama Bradbury, Ginsberg dan Huxley. Masing-masing model kacamata tersebut bisa dibedakan dari bentuk lensa danframe-nya.

“Sampai saat ini kami belum menerima produk customized, meskipun bisa tapi model bisnisnya belum bisa kami kembangkan, karena cost-nya mahal,” akunya.

Karena pasar dan peminat produk ini terus tumbuh, Reza menyadari mulai banyak pemain lain yang juga mencoba peruntungan pada bisnis ini. Meski demikian, dia tidak merasa gentar dan takut tersaingi, malahan hal itu dijadikan sebagai motivasi untuk terus melakukan inovasi.

“Industri kreatif memang tengah berkembang dan terus meningkat saat ini, termasuk untuk produk-produk kayu. Jadi pasarnya juga masih sangat besar, sehingga saya pikir semua produsen masih memiliki peluang yang besar,” katanya.

Dalam waktu dekat, Reza bercita-cita untuk dapat membuat brand line sendiri bagi kacamata kayunya. Pasalnya, saat ini Taru tak hanya membuat frame kacamata, melain produk berbahan kayu lainnya seperti kotak kartu nama, dan dasi kupu-kupu.

Editor : Nancy Junita
Bagikan

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro