Ilustrari./News.com.au
Show

Renungan Komedi Dalam Monolog Mas Joko

Ipak Ayu H Nurcaya
Jumat, 10 April 2015 - 23:10
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA- Mas Joko, seorang pria berumur 50 tahun lebih sedang jatuh cinta pada perempuan 20 tahun dengan wajah bundar seperti bulan sedang menggunakan payung. Perempuan itu bekerja di bagian keuangan real estate dan tinggal sendirian di apartemen lantai 19.

Pada suatu hari lift gedung itu macet akibat korslet, keruan saja persoalan ini membuat mas Joko kesal dan geram. Tapi Mas Joko termasuk lelaki ulet sekaligus kepala batu yang tak mau menyerah begitu saja kepada perjalanan nasib.

Perjalanannya dari lantai 7 sampai di lantai 19 memakan waktu hingga 3 jam. Dengan susah payah dia memaksakan kakinya menaiki tangga sembari terus berkeluh kesah.

Demikian cuplikan “Monolog Mas Joko” dari naskah asli karya Remy Silado yang dibuat pada 1979. Nakah ini dimainkan oleh Jose Rizal Manua dalam durasi selama 50 menit di Galeri Kaya Indonesia, Jakarta beberapa waktu lalu. Sebelumnya Jose juga telah memainkan naskah yang sama pada pementasan di Taman Ismail Marzuki dalam “Meniti 77” Amoroso Katamsi.

“Rencananya saya akan memainkan naskah ini lagi dalam tur monolog di beberapa kota, agar lebih banyak masyarakat yang menyadari bahwa pementasan monolog adalah salah satu bagian dari kebudayaan di Indonesia,” kata Jose.

Jose mengaku memilih naskah ini dari sekian banyak naskah monolog yang ada karena menurutnya, meski “Monolog Mas Joko” mengangkat persoalan sosial budaya pada tahun 70-an tapi masih relevan dengan keadaan masa kini.

Menurut Jose dalam naskah ini juga terdapat komedi-komedi yang dibuat Remy yang tidak sekadar membuat penonton tertawa seperti trend Stund Up Comedy saat ini, tapi juga dapat sebagai bahan renungan masyarakat.

Dalam naskah tersebut Remy mencoba mengingatkan masyarakat jika penjajahan sekarang bukan lagi tentang penjajahan yang merampok wilayah dan berperang menggunakan persenjataan. Namun, tentang peradaban dan identitas yang dimiliki bangsa sendiri yang tercampur dengan budaya asing sehingga melupakan budaya sendiri.

Lebih dalam Remy kembali mengajak untuk kembali merenungkan persoal budaya masyarakat kota modern yang terlalu akrab menyelami budaya asing. Selain itu Remy yang selalu menghadirkan kisah dengan akar historis yang kuat juga menampilkan adegan mengenai lunturnya penghargaan bangsa kita ini kepada kaum perempuan, lantaran masyarakat terlalu terbuka menerima pengaruh Barat.

Dengan kemeja warna merah dipadu dengan celana pendek warna putih beserta sebuah topi Jose dengan apik mendalami karakter Ma Joko yang tidak lupa selalu membawa bunga kemanapun dia pergi. Sesekali Jose menyanyikan lagu tentang keluhannya dalam musik bernuansa Jazz hingga Mandarin yang mana menyiratkan perpaduan budaya pada masyrakat urban.

“Sebenarnya sah saja jika kita mau meniru kebudayaan asing yang lebih maju. Sekarang banyak orang yang menjelek-jelekan budaya asing tapi menjiplak begitu saja tanpa berangkat dari kearifan lokal. Padahal jika mau wayang yang kita miliki sekarang juga dulunya meniru dari bangsa India,” kata Jose.

Jose Rizal Manua sendiri merupakan seorang seniman dan pujangga yang mendirikan sebuah teater anak-anak yang dinamakan Teater Tanah Air. Kelompok teater yang dipimpinnya ini berhasil menjadi juara pertama pada Festival Teater Anak-anak Dunia ke-9 yang diadakan pada 14-22 Juli 2006 di Lingen, Jerman.

Sebelumnya, ia juga pernah mendirikan kelompok teater lain bernama Teater Adinda pada 1975 bersama Yos Marutha Effendi dan Bengkel Deklamasi Jakarta pada 1986. Selain itu, Jose Rizal Manua sempat menjadi pemeran dan pengisi suara di beberapa film.

Atas pementasan Jose tersebut, dia juga mendapat apresiasi dari beberapa pihak. Salah satunya Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian yang mengatakan Jose merupakan seniman yang sangat aktif dibalik layar untuk menciptakan karya-karya yang berkualitas.

“Jose juga termasuk salah satu penyair Indonesia yang berperan dalam melestarikan budaya Indonesia, bahkan turut membina kreatifitas generasi muda dengan mendirikan teater anak-anak. Saya yakin pertunjukan yang ditampilkan kali ini akan sangat menghibur dan dinanti oleh para penikmat seni,” ujar Renitasari. 

Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro