Bisnis.com, JAKARTA -- Pernikahan bisa jadi merupakan momen yang paling berkesan sekaligus ditunggu dalam membuka lembaran baru hidup seseorang. Label ‘sekali seumur hidup’ membuat banyak pasangan rela mengeluarkan kocek hingga ratusan juta untuk mempersiapkan biaya pesta pernikahan sejak jauh hari.
Namun, seiring berjalannya waktu dan meningkatnya inflasi, harga sewa gedung dan berbagai atribut pesta pernikahan pun ikut melonjak. Para calon pengantin harus pintar-pintar memilih tempat dan beragam aksesoris yang sesuai dengan kebutuhan dan keuangan.
Perencana keuangan dari Zelts Consulting Ahmad Gozali mengatakan dana pernikahan perlu disiapkan sedini mungkin, tanpa perlu menunggu kepastian adanya calon pasangan terlebih dahulu. Para lajang yang sudah bekerja, wajib hukumnya menyisihkan dana pernikahan ke dalam tabungan mereka.
“Mempersiapkan dana pernikahan suka rancu dari sisi waktu. Ketika masih lajang, belum mempersiapkan dana karena menunggu kepastian calon pasangan, tetapi ketika hal tersebut sudah didapat, biasanya waktu yang tersisa untuk mempersiapkan dana akan pendek,” ujarnya.
Rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mempersiapkan dana pernikahan berkisar antara dua hingga lima tahun, bergantung kesepakatan antara kedua calon mempelai. Dalam jangka waktu tersebut, sebetulnya, ada banyak ragam investasi yang bisa dilakukan untuk mempercepat kekayaan.
Beberapa jenis investasi yang menjadi rekomendasi antara lain deposito, reksa dana, dan logam mulia (emas). Ketiga jenis produk ini bisa dipilih salah satu atau dikombinasikan pemanfaatannya sesuai jumlah dana yang tersedia dan target investasi yang diharapkan.
Bila Anda memiliki dana yang cukup besar dan menginginkan imbal hasil yang pasti sekitar lima hingga tujuh persen, deposito menjadi pilihan utama. Namun, jika Anda memiliki dana kecil secara rutin setiap bulannya, pilihlah reksa dana. Di sisi lain, berinvestasi logam mulia pun perlu dilakukan, terutama untuk mempersiapkan mahar (mas kawin) yang biasanya berupa emas.
Hal lain yang patut diperhitungkan terkait anggaran adalah penyelenggara. Apakah pelaku pernikahan akan sekaligus menjadi penyelenggara yang mengatur semuanya sendiri, atau cenderung memercayakan penyelenggaraan pesta kepada pihak ketiga atau event organizer (EO)?
Penulis buku Habiskan Saja Gajimu ini menyarankan para pasangan menggunakan jasa EO untuk alasan profesionalisme. Meski biaya yang dibutuhkan akan lebih besar, tetapi sebanding dengan manfaat dan efisiensi yang akan diperoleh selama EOyang dipilih adalah yang terbukti memiliki kredibilitas tinggi.