Bisnis.com, JAKARTA -- Kebutuhan akan asisten rumah tangga bagi keluarga muda kini dirasa penting, apalagi jika keduanya sama-sama bekerja dan sudah memiliki seorang anak. Namun, terkadang berbagai faktor juga menghambat adanya keinginan untuk memperkerjakan asisten rumah tangga.
Psikolog keluarga dan anak, Sani B. Hermawan mengatakan memiliki asisten rumah tangga memang ditujukan untuk membantu menyelesaikan pekerjaan rumah sehingga mengurangi kelelahan kedua pasangan suami dan istri.
“Kelelahan akibat bekerja ini memang bahaya karena akan memicu timbulnya stress dan emosi yang tidak stabil. Hal ini bisa membuat hubungan buruk bahkan merusaknya,” kata Sani.
Namun dalam memilih asisten rumah tangga sebaiknya tetap waspada dan berhati-hati. Banyak kasus yang melibatkan adanya kehadiran asisten rumah tangga dalam sebuah keluarga seperti penculikan anak.
Sebaliknya jika sudah memiliki asisten rumah tangga yang diyakini baik dan bisa dipercaya jangan pula disia-siakan dengan disikapi kasar dan tidak sewajarnya. Perlakukan asisten rumah tangga selayaknya seorang karyawan yang bekerja di sebuah kantor yang mewah.
Sani menambahkan dalam menentukan pekerjaan untuk asisten rumah tangga sebaiknya tetap disesuaikan dengan kadar yang sewajarnya. Paling penting yang harus diingat kedua orang tua adalah persoal mendidik anak.
Peran ayah dan ibu tidak akan bisa digantikan oleh siapapun, apalagi seorang asisten rumah tangga. Dalam hal pendidikan dasar seperti pembentukan perilaku dan penanaman nilai moral pada diri anak tetap menjadi tanggung jawab utama orang tua.
“Kalau untuk pendidikan anak tidak ada alasan untuk tidak melakukannya, meski lelah bekerja bahkan hampir sibuk seharian di luar rumah,” ujar Sani.
Pasalnya anak akan membawa sikap-sikap yang diajarkan saat di rumah pada lingkungan sekitarnya dan juga saat bersosialisasi. Jika orang tua menyerahkan segala tanggungjawab tersebut pada anak, sanksi sosial pun akan diterima cepat atau lambat pada keduanya.
Batasi pekerjaan asisten rumah tangga hanya pada hal-hal teknis seperti mengantar anak ke sekolah atau menyiapkan segala keperluan sehari-hari sang anak. Dengan demikian anak tidak akan merasa diasingkan dengan keberadaan orang tua yang senantiasa mendidiknya setiap hari.
Hal ini bisa dilakukan dengan rutin melakukan kegiatan bersama, bahkan hal yang sederhana sekalipun. Seperti membuat aturan untuk selalu makan malam bersama seluruh anggota setiap hari sembari melakukan obrolan ringan atas kejadian satu hari selama di luar rumah.
Jika hal ini masih sulit dilakukan, buat acara rutin setiap pekan untuk keluarga dan buat semua anggota berkumpul untuk melakukan kegiatan yang sama seperti hari. Misalnya, hari tanpa asisten rumah tangga sehingga bisa melakukan kerja bakti membersihkan rumah bersama.
“Hal ini juga bisa melatih anak untuk bersikap menghargai pekerjaan asisten rumah tangga dan mengajarkan anak untuk selalu bertanggungjawab dengan apa yang dimiliki,” kata Sani.