Bisnis.com, JAKARTA - Asep, Ucok, Berto dan Ellen sedang mengeluhkan tentang problematika Jakarta yang seakan tak ada habisnya menjadi perbincangan. Mereka semua adalah masyarakat pendatang yang tinggal dan menetap di Jakarta.
Tak lama datanglah Siti yang merupakan warga asli Jakarta. Melihat sekawanannya sedang berdiskusi tentang tanah lahirnya, Siti pun sempat emosi dan menyalahkan para pendatang yang makin memadati Jakarta.
Emosi Siti semakin meledak ketika melihat tetangganya Tuti memutuskan untuk bekerja pada Asep. Hal ini disebabkan Asep adalah seorang pendatang yang tidak pantas menyediakan tempat kerja bagi warga asli Jakarta.
Sampai emosi Siti mereda melihat kehadiran suaminya, Malik yang sudah lama tak pulang. Adegan keduanya dibuka dengan sebuah lagu yang berjudul Abang Pulang dari karya Seniman, Benyamin S pada 1957.
Ternyata kehadiran suami Siti pun tidak sesuai dengan keinginannya, bukannya membawa uang Malik malah pulang dengan sebuah sepatu bot yang sudah lusuh. Konflik tidak berhenti di situ, kehadiran Ramli dan Daud yang mencoba membohongi warga agar pindah dari kampungnya awalnya membuat warga setempat bahagia.
Rupanya, bukannya uang yang dibayarkan Ramli hanya memberi cek kosong pada warga agar proyek pembangunan apartemennya di daerah tersebut segera terlaksana. Akhirnya, Rohim sang ketua RT yang awalnya tidak tahu apa-apa mulai menyelesaikan permasalahan ini.
Pentas yang dimulai dengan sebuah lagu pembukaan yang berjudul Kompor Meleduk ini tak hanya menampilkan persoalan pendatang dan sengketa tanah. Pentas yang dibumbui dengan adegan komedi membuat tawa penonton kerap seketika pecah.
Kurang lebih 90 menit cerita yang berjudul Jakarta Kota Gue ini secara utuh menampilkan drama era seniman Benyamin S. Hal ini tertuang dengan semua lagu-lagu yang dibawakan pada saat pentas adalah karyanya.
Sutradara sekaligus penulis naskah, Diky Soemarno mengatakan pentas ini memang dalam konsep mengenang Benyamin Sueb.
“Saya tidak menghadirkn sosok beliau di atas pentas, saya hanya menghadirkan semangat dan filosofi-filosofi yang selalu beliau ajarkan semasa hidupnya terutama fokusnya pada kebudayaan Betawi,” katanya saat ditemui seusai pentas di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta beberapa waktu lalu.
Diky menambahkan pesan yang ingin disampaikan dari cerita tersebut sebenarnya ketika seseorang ingin menjaga budaya dan melestarikan suatu kebudayaan, dia harus rela untuk mempertahankan apa yang sudah diwariskan dari pendahulunya. Hal yang sederhana saja tanah tempat tinggalnya.
Selain itu cerita ini juga disuguhkan Diky mengingat semakin sedikitnya masyarakat yang paham akan kebudayaannya sendiri. Sosok Benyamin S. adalah seniman dengan segala level yang selalu menjujung tinggi nilai budaya Betawi.
“Sekarang orang mau tahu kebudayaan betawi saja mesti ke suatu daerah, padahal Jakarta inilah Betawi,” ujar Diky.
Secara keseluruhan ada 12 pemain yang berhasil memerankan tokohnya masing-masing secara apik. Mereka yang tergabung dalam Teater Nonton ini memiliki visi untuk selalu menyuguhkan cerita yang bisa dekat dengan masyarakat dan sudah mulai dilupakan. []