Bisnis.com, BALIKPAPAN - Pengusaha hotel di Balikpapan meminta pemerintah aktif mempromosikan pariwisata daerah guna mendukung jasa meeting, incentive, converence, and exibition (MICE).
Dodhy Achadiyat, Wakil Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Wilayah Kalimantan Timur, mengatakan tingkat okupansi kamar hotel di Balikpapan terus merosot. Sampai semester I tahun ini hanya 42,8% dari 55,7% pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Mulai pertengahan tahun lalu penurunan okupansi hotel sudah mulai terasa. Akibatnya banyak pengusaha yang gulung tikar,” katanya, Senin (10/8/2015).
Dodhy menuturkan pelarangan rapat di hotel yang dikeluarkan oleh Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ikut memperburuk situasi tersebut. Dia menilai kebijakan tersebut berdampak buruk terhadap perekonomian karena mengurangi pendapatan asli daerah (PAD).
Guna mendukung jasa perhotelan, dia meminta pemerintah rajin mempromosikan pariwisata Kota Balikpapan. Apalagi selama ini industri pariwisata menjadi penyumbang pajak terbesar ke-dua dia Kota Minyak. “Rata-rata setiap tahun pajak dari pariwisata di atas Rp100 miliar,” katanya.
PHRI juga menyoroti beban pengusaha perhotelan yang berbanding terbalik dengan pendapatan. Salah satunya adalah kenaikan upah minimum kota Balikpapan yang konsisten terjadi dari tahun ke tahun. Hal ini turut menggerus margin laba perhotelan di kota ini.
Dodhy mengatakan saat ini margin laba hotel di Balikpapan hanya 10%-20%. Padahal idealnya, margin laba yang harus dikantongi mencapai 30%.[]