Pentas Teater Koma 'Inspektur Jendral' Rabu (5/11/2015)
Show

Inspektur Jendral, Cerita Teater Koma Tentang Negeri Koruptor

Lahyanto Nadie
Jumat, 6 November 2015 - 16:34
Bagikan

Bisnis.com, JAKARTA - Kematangan akting Sari Madjid memang tidak diragukan. Berperan sebagai Rara Sikandi, istri walikota Ananta Bura yang diperankan oleh Budi Ros, ia tampil memesona para penonton dalam lakon Inspektur Jendral yang digelar di Gedung Kesenian Jakarta mulai malam ini.

Tadi malam (Kamis, 5 November 2015), pagelaran dikhususkan bagi undangan dan pers. N. Riantiarno, sang sutradara sibuk menemani tamu. Ratna Riantiarno, pimpinan produksi ke-142 Teater Koma, menggamit tangan suaminya itu menjelang pertunjukan dimulai.

Gong. Maka, muncullah orkestra yang dipimpin oleh Fero A. Stefanus, dengan  irama yang meriah. Lima punawakan muncul dan langsung membikin gerrr. Rita Matu Mona (Canguk), Tuti Hartati (Limbik), Daisy  Lantang (Plitit), Ratna Ully (Srikayon) dan Angga Yasti sebagai Bunguk berhasil memancing tawa lewat dialog, lagu dan gaya tarinya, khas milik Teater Koma.

Ananta Bura, seorang walikota di sebuah kota kecil, tampil kemudian bersama Rara Sikandi dan anaknya, Sita Mahendri yang diperankan oleh Ayumi  Astriani, dengan dialog yang penuh sindiran sesuai dengan kondisi kekinian. Selanjutnya cerita mengalir sesuai arahan sang sutradara.

Walikota menerima kabar yang membuatnya tujuh keliling. Pusat kerajaan, Astinapura, akan mengirimkan seorang inspektur jendral untuk menyelidiki kota yang dipimpin oleh Ananta Bura. Alasannya, Astinapura akan berperang melawan Amarta.

Tak ada yang tahu apa saja yang akan diselidiki oleh inspektur jendral. Akan tetapi kota itu dipenuhi oleh para pejabat yang korup. Mereka memiliki hakim, kepala kesehatan, penilik sekolah, kepala kantor pos, dan dua lelaki kembar bernama Nakuli dan Sadewi. Tak ada satu pun pejabat yang tidak korupsi. Apa lagi, polisinya.

Para pejabat pun berunding. Bagaimana caranya menghadapi seorang inspektur jendral yang datang dari pusat kerajaan? Tidak ada cara lain, kecuali menyuap sang inspektur. Apakah ia bisa disuap? Di sini menariknya.

Serunya lagi ada berita lain. Seorang anak muda bernama Anta Hinimba (Rangga Riantiarno) baru datang dari Astinapura, menginap di sebuah hotel. Semua orang yakin, dialah inspektur jenderal yang dimaksud itu. Nakuli dan Sadiwi memberitahu sang walikota. Dengan penuh penghormatan, walikota meminta agar Anta Hinimba tinggal di rumahnya. Di rumah walikota, Anta Hinimba merayu istri dan putrinya, Sita Mahendri. Akhirya ia bermaksud menikahi Sita Mahendri.

Sementara itu, pihak lain mulai bergerak. Mereka menuntut agar walikota diganti, agar Astinapura berperang melawan Amarta. Para pedagang juga. Meskipun semua jadi kecewa, karena sang inspektur jenderal berniat menikahi putri walikota.

Bagaimana selanjutnya? Anta Hinimba ternyata bukan inspektur jendral. Kepala kantor pos yang selalu mebuka setiap surat, mendapatkan surat Anta Hinimba. Ia membeberkan identitas pria itu yang sesungguhnya. Semua pejabat panik. Inspektur jendral yang asli kini datang. Bagaiman cara mereka menghadapinya? Mereka tidak berubah. Tetap saja korupsi. Apakah sang ispektur jenderal yang asli bisa disuap?

Jika KPK (kalau penguasa kacau), barang kali itulah yang terjadi. Korupsi di mana-mana. Semua menjadi koruptor. Bagaimana kisah selanjutnya? Pertunjukan dimulai malam ini dan akan berlangsung hingga 15 November. Teater Koma tampil setiap hari dari Selasa hingga Sabtu pada pukul 19.30. Minggu, pertunjukkan dimulai pukul 13.30.

Ratna Riantiarno mengatakan bahwa lakon ini merupakan sebuah upaya mengingatkan. Ketika para pelaku pemerintahan tidak jujur, ia harus melihat lagi apakah yang sesungguhnya menjadi akar permasalahan. "Apakah yang tidak berjalan itu sistemnya atau pelakunya? Tentu saja agar sebuah sistem bisa berjalan dengan benar, para pelakunya juga harus memiliki moralitas yang benar."

Bagi Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian, Teater Koma terus berproses kreatif dan menjadi inspirasi bagi masyarakat untuk terus melakukan eksplorasi gagasan sejauh mungkin dalam menghasilkan karya-karya kreatif. Itulah sebabnya Djarum Foundation mendukung produksi ke-142 teater yang telah berusia 38 tahun itu.




 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Lahyanto Nadie
Editor : Sutarno
Bagikan

Tags :


Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terkini

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro